Non Stop format dan pilihan beritanya mengarah ke koran kuning. Sementara berita-berita lokal Radar Palembang lebih cenderung ke koran umum yang mengesampingkan berita-berita yang berdarah-darah dan berita seksual yang fugar.
BACA JUGA:Awal Tahun Baru Imlek, Ashoka Raja Mahawirya Palembang Gelar Ritual Po Un
Walhasil, identitas media menjadi kabur dan tidak jelas. Pasar pun bingung. Koran sulit laku di pasar. Pemasang iklan pun menjauh karena tidak jelas segmennya. Kondisi seperti ini berlangsung kurang lebih dua tahun.
Lantaran halaman depan berformat koran kuning, harapannya bisa leading di pasar eceran.
Faktanya, Radar Palembang tidak gagal masuk ke segman pembaca kriminial karena media satu group Harian Palembang Pos telah leading terlebih dulu menjadi koran kriminal. Bahkan pada saat itu, Palembang Pos oplahnya sempat menyentuh 30 Ribu per hari. Oplah yang sangat besar untuk kategori koran lokal.
Halaman depan dan belakang penuh dengan berita-berita kriminal yang berdarah-darah dan berlendir sementara di halaman dalam menyajikan berita yang mengarah elitis.
Konsep itu bertujuan ingin mengaet pembaca untuk kelas menengah ke atas dengan memuat berita-berita yang sesuai dengan segman pembaca itu. Harapan lainnya, bisa mengaet para pemasang iklan.
BACA JUGA:Kinerja Transaksi Digital Bank Mandiri, Livin’ dan Kopra by Mandiri di 2022
Kenyataanya, konsep rancu itu tidak bisa diterima pasar. Gagal total.
Beberapa tahun Radar Palembang hidup bagai kerakap di atas batu.
Dua tahun hidup sebagai perusahaan yang sangat tidak menjanjikan. Pada suatu ketika, para General Manager, Direktur sejumlah perusahaan di bawah Group Jawa Pos Sumbagsel, membedah Radar Palembang secara habis-habisan saat rapat evaluasi group. Mulai dari format (lay out), kemasan dan pilihan berita. GM Radar Lampung Ardiansyah (Aca) saat itu mengkritik sangat tajam.
‘’Radar ini seperti koran hantu. Tidak jelas kelamin dan identitasnya,’’ujar Aca yang sukses membesarkan Radar Lampung dan anak perusahaanya dan kini dia menjadi Direktur di Holding Wahana Semesta Mandiri (WSM).
BACA JUGA:Jelang Perayaan Cap Go Meh, 6 Ponton Terpasang di Pulau Kemaro
Koran hantu. Kata-kata itu menjadi pemicu bagi punggawa-punggawa Radar Palembang, sebut saja Yurdi Yasri dan Ali Sahbana serta tim.
Hanya beberapa bulan setelah rapat yang sangat intens itu, manajemen Radar Palembang mengusulkan kepada CEO Jawa Pos Sumbagsel Suparno Wonokromo (Almarhum) agar melepaskan kerjasama dengan Non Stop. Alasannya tidak memberikan value bagi kemajuan Radar Palembang untuk jangka panjang.
‘’Terserah kalian dek, yang penting kalian maju. Kalau non stop dilepas, saya setuju-setuju saja,’’ujar Pak Parno ketika kami temui bersama Ali Sahbana.