Mulanya, hanya menjadi distributor batubata. Di luar dugaan permintaan batubata di Palembang sangat besar.
Bahkan, permintaan batu bata sampai melampaui kapasitas produksi. Maklum, saat itu Palembang didaulat menjadi tuan rumah ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2006.
BACA JUGA:Bank Indonesia Sebut Penghasilan 6 Bulan Kedepan Bakal Meningkat
Sebagai tuan rumah, otomatis Palembang banyak melakukan pembenahan dan pembangunan di bidang infrastruktur.
“Alhasil, banyak pengembang yang harus order batubata dari kota lain dan harganya jauh lebih mahal,” ujarnya.
Kenaikan permintaan itu membuat Cokro kesulitan memenuhi order. Melihat tingginya permintaan, ia pun memutuskan untuk memproduksi batubata sendiri.
“Saat itu pembangunan memang sedang gencarnya di Palembang,” jelasnya.
BACA JUGA:5 Promo Imlek Hotel di Palembang, Mulai dari Rp 150 Ribu
Berbekal uang tabungan sebesar Rp 50 juta, ia mulai memproduksi batubata sendiri. Uang sebesar itu hasil tabungannya semasa masih duduk di bangku sekolah hingga mahasiswa.
Selama menjelang PON itu, ia telah mendistribusikan puluhan ribu bata ke berbagai proyek pembangunan di Bumi Sriwijaya.
Setelah ajang PON usai, Cokro tak lantas tenggelam. Bisnis batubatanya justru bertambah kinclong dan merambah kota lain di luar Palembang, seperti Muara Enim, dan Lahat.
Sukses berbisnis batubata tidak membuat Cokro lantas berpuas diri.
BACA JUGA:Ekik Salim, Pengusaha Kelahiran Muara Dua, dari Pedagang Besi Bekas jadi Distributor Baja Terbesar
Ia pun mulai berpikir untuk terjun ke bisnis yang lebih besar. Tahun 2007, memutuskan menjadi kontraktor dan terlibat langsung di sejumlah proyek besar di Palembang.
Merambah bisnis ini dengan mendirikan CV Bintang Bangun Persada.
Meski masih harus berbagi dan berkongsi dengan perusahaan konstruksi lain, Cokro tak berkecil hati.
Ia justru mengamati dan terus belajar tentang dunia konstruksi.
Tekadnya untuk sukses di bisnis semakin kuat.