Nikmati Kelezatan Pindang ala Hotel Santika Radial di Rumah, Ini Resepnya

Nikmati Kelezatan Pindang ala Hotel Santika Radial di Rumah, Ini Resepnya

Ari Wibowo, Demi Chef Hotel Santika Radial Palembang yang juga guest lecture di Politeknik Pariwisata Palembang ini menuturkan sedikit sejarah pindang.-henny/radarpalembang.id-

PALEMBANG, RADARPALEMBANG.IDPindang menjadi salah satu kuliner khas PALEMBANG, Sumatera Selatan yang banyak digemari masyarakat Indonesia.

Lekat dengan rasa pedas, asam, dan sedikit manis, makanan berkuah dengan bahan utama ikan pada umumnya ini menjadi santapan lezat dan memikat lidah.

Ari Wibowo, Demi Chef Hotel Santika Radial Palembang yang juga guest lecture di Politeknik Pariwisata Palembang ini menuturkan sedikit sejarah pindang.

“Sejarah pindang antara Budha dan Sriwijaya. I tsing adalah biksu dari Cina yg di kenal karna diari perjalanannya menjadi sumber para peneliti dalam mengungkapkan kerajaan Sriwijaya dan perkembangan ajaran Budha di nusantara.pada abad ke-7," ujarnya, Rabu 6 November 2024.

BACA JUGA:Seru, Petualangan Chef Hotel Santika Radial di Thailand, Ini Gong Paling Berkesan

Lanjutnya, I tsing  juga seorang penjelajah dan peterjemah teks agama Budha, salah satunya Pindapatta. 

Pindapattta merupakan kebiasaan luhur  sejak zaman Budha dengan cara berjalan kaki menuju pemukiman umat.

Kata Pindapatta sendiri  berasal dari bahasa Pali, di mana Pinda artinya menerima dan 

Patta artinya sejenis mangkuk makanan yang terbuat dari labu yang biasa digunakan oleh para biksu kala itu.

BACA JUGA:Angkat Kearifan Lokal, Chef Hotel Santika Radial ini Sabet Juara 2 BGCC 2024, Bonus Kursus Masak ke Thailand

Menurut dia, di masa lampau, sedekah dilakukan dengan memberi makanan atau  bahan makanan kepada biksu yang disesuaikan dengan Dharma atau aturan.

“Jika dilihat dari kacamata hidup vegetarian, para vegetarian Budha mengikuti pola makan lakto vegetarian yang berarti seorang tetap mengonsumsi produk susu, tetap mengecualikan telur, unggas, ikan dan daging," jelas Ari Wibowo.

Sementara di sisi lain, masih kata dia, beberapa umat Budha masih mengonsumsi daging dan produk hewani lainnya selama hewan tersebut tidak disembelih secara khusus untuk mereka.

Dilihat dari pola di atas, bahan makanan yang diberikan antara lain telur dan ikan. Makanan ini menjadi pondasi yang memungkinkan diawetkan oleh para biksu agar tahan lama dengan cara direbus sebagai bekal mereka dalam melakukan perjalanan yang sekarang kemudian dikenal dengan nama Pindang.

Sumber: