Ramadhan Bulan Meraih Ampunan, 'Kisah Abu Dujanah dan Pohon Kurma'

Ramadhan Bulan Meraih Ampunan, 'Kisah Abu Dujanah dan Pohon Kurma'

Kisah Abu Dujanah dan Pohon Kurma Oleh: Ustadz Zakiudin Kepala SDIT Alfurqon--

Melihat yang menegosiasi adalah Rasulullah, maka lelaki munafik ini ingin mencari keuntungan duniawi saja.

Dengan tegas dia berkata “ Saya tidak pernah berdagang dengan memakai sistem jatuh tempo, saya tidak mau menjual apapun kecuali dengan uang tunai.”

Mendengar pernyataan lelaki munafik tersebut, Abu Bakar berkata “ Ya sudah, saya beli dengan sepuluh kali lipat dengan kurma yang paling unggul, bentuk dan rasa buahnya sangat unggul yang tidak ada yang lebih bagus kualitasnya di kota ini.”

Mendengar penawaran dari Abu Bakar, si munafik ini gembira bukan main, dia merasa mendapat keuntungan yang sangat banyak.

Lantas dia berkata “Ya sudah, aku jual kurmaku ini” lalu terjadilah kesepakatan diantara keduanya, kemudia pohon kurma tersebut diberikan untuk keluarga Abu Dujanah.

Allah SWT telah menerangkan dalam firman-Nya bahwa kita wajib menjaga diri dan keluarga kita dari siksa api neraka. 

6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Bagaimana kita menjaga keluarga kita dari siksa api neraka? Yang pertama tentu kita harus senantiasa mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.

Apalagi di bulan Ramadhan ini kita diperintahkan untuk memperbanyak serta memperbaiki kualitas ibadah kita kepada Allah, memperbanyak shalat sunnah, memperbanyak membaca dan mentadabburi ayat-ayat Allah SWT.

Serta menjaga diri kita dari makanan-makanan yang haram yang akan menghalangi keberkahan Allah kepada kita. Allah SWT telah menjelaskan bahwa sesungguhnya kita diwajibkan untuk memperhatikan makanan yang akan masuk ke dalam perut kita.

Selama Ramadhan ini tentu banyak makanan yang disajikan untuk menu berbuka, ada makanan khas daerah dan lain-lain.

Tentu seorang mukmin kita harus memperhatikan standar makanan yang akan masuk melalui kerongkongan kita yaitu harus Halalan Thoyyiban (halal dan baik).

172. Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. Allahu a’lam

Ibroh yang dapat kita petik dari isah ini adalah, kehati-hatian para sahabat dalam menjaga dirinya, keluarganya dari makanan yang haram.

Dan setiap kebaikan dan ketakwaan kita kepada Allah maka Allah akan datangkan pertolongannya kepada kita dari arah manasaja tanpa kita mengetahuinya.

Sumber: