Cerita Bersambung, Alur Karya Adinda Asmaraputri

Cerita Bersambung, Alur Karya Adinda Asmaraputri

ilustrasi--https://img.huffingtonpost.com

Entah itu karena ingin memulai hidup baru, menghilang dari hiruk pikuk keributan, atau menyembuhkan luka yang memang membekas sangat lama.

Aku harus memulai menata kembali ruang yang sempat berantakan di sini, barang yang hilang, debu yang melekat di dinding. Siapa yang akan aku ajak untuk berbenah?

Oh, pertanyaan sial dari kepala ku yang sedari tadi berpikir buruk dan menyesatkan. Satu per satu kutemui mereka yang masih ada disini, si ceria, si diam, si pemalas, si ceroboh, dan banyak si si yang lainnya lagi.

Beruntungnya, masih ada yang bertahan. Kami memulainya, dari bagian mana harus kami benahi? Bagian yang terlihat paling awal dari sebuah rumah atau bagian yang tak terlihat oleh orang lain?

BACA JUGA:Bangun Sinergitas UNSRI Gelar Silaturahmi Dengan Media

Aku harus cepat mengambil keputusan. Ku coba mulai dari bagian yang tak terlihat oleh orang lain.

Aku kira hal yang mudah untuk berbenah di dalam rumah sendiri karena sudah menjadi tempat sehari-hari. Nyatanya, aku menghabiskan banyak emosi.

Aku bukan si ceria yang selalu memberi energi dan kelepasan hidup, aku menjadi abu-abu karena sudah tak bisa mengenali emosi dalam diriku.

Selama berjalannya waktu aku benahi isi dalam rumah ini tetapi dengan air mata yang menjadi air pembersih keramik-keramik indah dan amarah yang menjadi api untuk ku bakar semua hal buruk yang terjadi dahulu.

BACA JUGA:Lowongan Kerja Kanwil BPN, Ada Lima Formasi Untuk S1, Detailnya Berikut Ini

Tetapi, amarah itu bukan rasa benci, kesal, dan dendam tetapi amarah yang tak bisa ku defenisikan, semacam ketakutan karena sendiri, antara hati dan pikiran tak sinkron, yang terakhir aku tak suka kesepian. (bersambung)

Sumber: