90 Persen UMKM masih pasarkan produk impor, Apa yang perlu dilakukan?

90 Persen UMKM masih pasarkan produk impor, Apa yang perlu dilakukan?

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masuduki Saat menjadi Pembicara pada acara Road to be Young Entrepreneur di Denpasar. Senin 14 November 2022--Dokumen Kementrian UMKM dan Koperasi

DENPASAR, RADAR PALEMBANG - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masuduki menjelaskan ide dan produk bisnis perlu dipilih secara tepat agar dapat menciptakan inovasi produk yang bernilai tambah.

Menurutnya, pertumbuhan kewirausahaan di Indonesia harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat masuk ke dalam rantai pasok industri dan menentukan keunggulan domestik masing-masing daerah yang dikembangkannya.

Dikutip dari keterangan antaranews.com pada acara Road to be Young Entrepreneur di Denpasar. Senin 14 November.

"Ide bisnis dan produk para wirausahawan muda ini akan kami kembangkan.

BACA JUGA:Menko Luhut Resmikan PLTS Terapung Milik PLN di Nusa Dua Bali

Kami akan menginkubasi mereka, menginkubasi dan membina mereka, karena model pengembangan seperti ini perlu kita tingkatkan ke depan," ujarnya

Saat ini, sekitar 21 juta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) telah terhubung dengan ekonomi dan pasar digital.
Namun, sekitar 90% dari mereka masih menjual barang impor.

Teten mendorong generasi muda khususnya mahasiswa untuk mengembangkan ide bisnisnya setelah masuk perguruan tinggi, karena setiap kampus harus mampu menghasilkan wirausahawan muda yang tangguh.

Hal ini memastikan bahwa penerima hibah sudah dalam bisnis setelah lulus.

BACA JUGA:Ekspor Kakao Indonesia Lampaui 1 Miliar Dolar AS

Ia berharap kampus memiliki kurikulum yang akan mengubah pola pikir lulusan sarjana dan menyelaraskannya dengan kebutuhan industri.

Harapan ini merupakan bagian dari tujuan pemerintah untuk menciptakan 1 juta wirausahawan muda pada tahun 2024.

Beberapa pembenahan ekosistem kewirausahaan Indonesia yang dilakukan Kementerian Koperasi dan UKM telah meningkatkan proporsi pinjaman bank untuk UKM sebesar 30 persen.

Dibandingkan dengan negara lain, proporsi kredit UKM dalam negeri masih relatif kecil.

BACA JUGA:KTT G20 Bali, Toko Souvenir dan Kuliner Laku Keras

Seperti, UMKM Korea Selatan sudah mencapai 80 persen dari porsi pinjaman.

Malaysia dan Thailand sudah lebih dari 50 persen.

Teten berharap Perbankan akan mengubah pendekatan pinjaman mereka dari agunan ke peringkat kredit, karena para eksekutif UMKM sudah perlu menggunakan aplikasi digital untuk lebih mewakili neraca bisnis mereka.

Dengan cara ini, UKM berbasis inovasi dan teknologi digital dapat meningkatkan rencana bisnis mereka.

Sumber: antaranews.com