Rugi Rp10,13 Triliun, Kinerja Laba Industri Asuransi Umum Sepanjang 2024 Anjlok 197 Persen, Ini Sebabnya
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) merilis data industri asuransi umum mencatatkan kerugian sebesar Rp10,13 triliun pada 2024. --
JAKARTA, RADARPALEMBANG.ID - Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) merilis data industri asuransi umum mencatatkan kerugian sebesar Rp10,13 triliun pada 2024.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Bidang Riset dan Statistik Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Trinita Situmeang, dikutip Sabtu 8 Maret 2025.
Penyebab utama industri asuransi umum mencatatkan kerugian sebesar Rp10,13 triliun pada 2024 ialah terjadinya penurunan kinerja laba.
Penurunan laba ini mencapai 197,8 persen secara tahunan (year-on-year/YoY), menurut data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).
BACA JUGA:Ingin Modifikasi Mobil? Wajib Konsultasi ke Asuransi Agar Jaminan tidak Hangus
BACA JUGA:Asuransi Wajib Bagi Mobil dan Motor, Gaikindo: Sekarang Bukan Waktu yang Tepat
Menurut Trinita Situmean, penurunan laba ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama dari sisi underwriting dan investasi.
“Laba ini turun karena tentunya hasil underwriting, seperti kita ketahui komponen laba dari perusahaan asuransi itu datanya dari hasil underwriting dan hasil investasi,” kata Trinita.
Padahal, pada 2023 industri asuransi umum masih membukukan laba sebesar Rp7,8 triliun.
Selain itu, Trinita menjelaskan bahwa kenaikan cadangan premi dan cadangan klaim berkontribusi terhadap laba perusahaan asuransi, sehingga berdampak pada kinerja keuangan industri asuransi umum.
BACA JUGA:Asuransi Kendaraan 2025 Jadi Biaya Tambahan Saat Perpanjang STNK di Samsat, Seperti Sumbangan Wajib
BACA JUGA:Soal OJK Asuransi Kendaraan 2025, Respon Hyundai: Berkendara, Masuk Tol dan Kami Juga Ada Asuransi
Berdasarkan data AAUI, hasil underwriting industri asuransi umum mengalami penurunan drastis sebesar 102,7 persen YoY dengan mencatatkan defisit Rp1,52 triliun pada 2024.
Padahal, pada 2023 hasil underwriting industri ini masih mencapai Rp19,46 triliun.
Sumber:


