"Sementara untuk pergerakan jemaah dengan skema normal, sistem taraddudi dari Arafah ke Muzdalifah, akan dimulai pukul 22.00 WAS, setelah proses pergerakan skema murur selesai," lanjut Subhan.
Murur Didahulukan
Sebelum ditetapkan, Kementerian Agama telah melakukan serangkaian pembahasan mengenai skema murur ini dengan otoritas Arab Saudi.
BACA JUGA:Kawal Haji, Aplikasi Baru dari Kementerian Agama, Berikut Manfaat bagi Jemaah Selama di Tanah Suci
Menurut Subhan Cholid, lebih dari lima kali pembahasan, antara lain dilakukan dengan pihak Masyariq dan Naqabah (Organda Saudi). Dari pihak Kementerian Agama, selain Subhan Cholid selaku pengendali teknis layanan luar negeri, hadir juga Konsul Haji KJRI Jeddah, Nasrullah Jasam.
Dalam proses pembahasan dan kajian ini, PPIH Arab Saudi juga telah berkirim surat ke Kementerian Umrah dan Haji Arab Saudi.
Di tanah air, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief melakukan safari ke sejumlah ormas, untuk juga mendiskusikan masalah murur ini.
Dirjen antara lain berkunjung ke Majelis Ulama Indonesia dan Nahdlatul Ulama.
BACA JUGA:Kemenag Rilis Aplikasi Kawal Haji, Kanal Komunikasi Pelaporan Penyelenggaraan Ibadah Haji 2024
Setelah melalui proses kajian, dipilih skema murur didahulukan.
Subhan Cholid menjelaskan alasan jemaah dengan skema murur didahulukan pergerakannya dari Arafah.
Menurutnya, alasan paling utama adalah menghindari kepadatan dan masyaqqah yang lebih besar.
Apalagi, jemaah yang ikut dalam skema ini masuk kategori risti, lansia, dan disabilitas.
BACA JUGA:Sayuti Amir Hasan, Jemaah Haji Kloter 9 Embarkasi Palembang Asal OKU Selatan Meninggal di Madinah
"Kita dahulukan keberangkatannya untuk menghindari pertemuan jalur murur dan jalur taraddudi Muzdalifah-Mina.
Jadi saat murur berjalan, jalur dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina masih kosong.