Kamu bisa perhatikan melalui tokonya, konten di media sosial, iklan, bahkan desain produk seperti tumbler yang mereka jual.
Konsistensi ini yang membuat brand Starbucks makin melekat.
BACA JUGA:Ini Resto Cepat Saji yang Diboikot, Domino’s Pizza Disebut Pro Israel, Apa KFC Termasuk?
2. Pelanggan merasa bangga bisa duduk santai di kedai kopi ini
Dari awal, Starbucks sudah menyasar mereka yang masuk ke kelas menengah ke atas sebagai pasarnya.
Selain itu, setelah perusahaan ini dibeli oleh Howard Schultz pada tahun 1987, Starbucks akhirnya menggunakan ide untuk menjadi tempat ketiga yang berada di antara rumah dan kantor para pelanggan mereka.
Hal ini membuat para pelanggan mau membayar lebih bukan hanya untuk kopi premium yang mereka beli, namun juga pengalaman berinteraksi bersama orang lain di tempat tersebut.
Dengan adanya media sosial, kini banyak orang yang ingin menunjukkan kelas sosial mereka, salah satunya dengan nongkrong di kafe ini.
BACA JUGA:Tak Hanya McD, Pizza Hut Masuk Daftar Boikot Dukung Israel? HokBen Asal Mana, Apakah Pro Israel?
3. Starbucks sering menawarkan promo bikin kedai semakin ramai
Bagi mereka yang masih ragu-ragu untuk datang ke Starbucks karena harga yang kurang terjangkau, mendapatkan berita bahwa ada promo akan langsung membuat mereka berbondong-bondong ke sana.
Makanya Starbucks sering memberikan penawaran ini melalui media sosial atau memanfaatkan layanan lainnya untuk mengirim kupon.
Tak hanya itu, ada juga program loyalty seperti pemberian reward untuk pembelian tertentu sehingga mereka akan datang lagi di kemudian hari.
BACA JUGA:Bukan Hanya Makanan dan Minuman, Produk Teknologi Israel Juga Ikut di Boikot Dunia, Ini Daftarnya
4. Gimmick–gimmick yang dilakukan
Pernahkan kamu melihat kiriman seseorang di media sosial yang menunjukkan bahwa nama mereka ternyata ditulis secara salah di cup Starbucks yang mereka terima? Atau justru kamu megalaminya sendiri?