Memanfaatkan halaman rumah yang cukup luas di Jalan Diponegoro No 20 Palembang, ia pun secara bertahap mulai mengembangkan usaha Kedai Siru dengan dana terbatas dari uang pesangon dan hasil tabungan selama kerja.
Bermodalkan 10 meja dan 50 kursi, ia mulai menawarkan Kedai Siru sebagai tempat nongkrong bagi para komunitas.
Kebetulan, pada saat itu belum ada pilihan tempat seperti kafe maupun kedai tersedia di seputaran lokasi Kedai Siru.
BACA JUGA:Rahasia Nikmat Luar Biasa Nasi Liwet Wanaka yang Bisa Dimakan Sambil Ngapar, Langsung dari Ownernya
Bak pepatah, pucuk dicinta ulam pun tiba, Kedai Siru menjadi tempat tongkrongan favorit berbagai komunitas.
Namun tidak selamanya, bisnis kuliner berjalan mulus seperti yang diharapkan. Sempat dihantam pandemi Covid-19, ditambah lagi mulai menjamurnya puluhan usaha sejenis di sekitar kedai.
Fenomena ini disikapi Anti dengan bijak. Ia pun tidak merasa hal ini merupakan ancaman yang akan mempengaruhi usahanya.
Justru, ini menjadi sebuah persaingan yang sehat untuk tetap bertahan dan melakukan hal-hal positif.
BACA JUGA:Si Paling Siru di Palembang, Kepiting Siru - Kedai Siru Bersatu
Mulai dari merenovasi tempat usaha agar pengunjung lebih nyaman, lalu memberikan pelatihan untuk karyawan menghadapi tamu dan memberikan service terbaik.
Ternyata, langkah yang diambil ini membuat Kedai Siru tetap ramai dengan pengunjung.
Selain Kedai Siru, ia juga melebarkan sayap dengan membuka usaha Kepiting Siru yang menyajikan menu-menu seafood.
Serta, Nasi Uduk Siru yang menyediakan menu nasi uduk khas Lampung yang bisa dinikmati dari pagi hingga malam. (*)