Sekanak-Lambidaro Tidak Secantik Dulu Lagi, Benarkah?Destinasi Wisata di Kota Palembang
Salah satu destinasi wisata Sekanak-Lambidaro yang terkesan kurang perawatan kini mulai sepi pengunjung yang datang. Salah satu huruf yang hilang hanya bertuliskan lambidar-Agustinur Pratiwi/ radarpalembang.disway.id-
PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Sekanak-Lambidaro, diharapkan bisa menjadi salah satu ikon wisata di Kota Palembang.
Proyek restorasi sungai sekanak yang menelan dana hingga Rp 380 miliar, itu telah diresmikan oleh pemerintah, pada 3 Februari 2022 lalu. Artinya, ikon wisata Sekanak-Lambidaro itu akan memasuki tahun kedua di 2023.
Nah, apakah kehadiran lokasi wisata baru yang diciptakan untuk menarik wisatawan ini sudah memberikan konstribusi pada pendapatan daerah?
Atau malah sebaliknya, terbengkalai seakan sengaja dibiarkan tidak dirawat? Begitu juga dengan masyarakat yang terkesan tidak ada rasa memiliki ikut merawat beberapa fasilitas umum di tempat tempat wisata itu.
BACA JUGA:Sekda Minta ASN Bekerja Tidak Sekadar Isi Daftar Hadir
Padahal dana yang dikeluarkan pemerintah tidaklah sedikit untuk mempercantik kawasan tersebut. Proyek pusat untuk Kota Palembang.
Untuk diketahui, selain untuk wisata, sungai Sekanak Lambidaro ini bertujuan sebagai upaya non struktural untuk pengendalian banjir di Kota Palembang.
Pada saat peresmian kemarin digelar festival sebagai edukasi ke masyarakat untuk turut menjaga sungai-sungai di Kota Palembang.
Festival Sungai Sekanak–Lambidaro ini turut dihadiri oleh Gubernur Sumatera Selatan, Walikota Palembang, Direktur SSPSDA Kementerian PUPR sebagai perwakilan dari Ditjen SDA dan para Kepala Dinas.
BACA JUGA:Sumsel Terus Gencar Edukasi, Angka Stunting Turun 6,2 Persen
Pantauan radarpalembang.com di kawasan Sekanak-Lambidaro yang terletak di daerah Jalan Radial Palembang, kemarin, tempat wisata terlihat gersang tidak secantik dulu lagi, pada waktu awal baru dibuka.
Banyak beberapa alat bermain anak-anak yang sepertinya tidak terurus.
Ada yang patah, lepas seperti ayunan, jungkitan dan ada juga plapon yang rusak.
Tempat hidroponik pun terlihat kosong melompong, tidak ada lagi tanaman di dalamnya. Bahkan pada simbol nama Sekanak-Lambidaro juga ada huruf yang hilang. Lampu-lampu pada malam hari banyak yang mati.
Sumber: