Hingga Mei 2022 Realisasi Pendapatan Negara Capai Rp 1.70,4 Triliun
RADAR PALEMBANG – Realisasi Pendapatan Negara 2022 hingga akhir Mei sudah mencapai Rp1.070,4 triliun atau 58,0 persen terhadap target pada APBN. Pemerintah memperkirakan, pendapatan negara akan terus tumbuh seiring dengan pulihnya aktivitas ekonomi.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulayani Indrawati, Realiasi pendapatan Negara 2022 tumbuh sebesar 47,3 persen. Secara nominal, realisasi komponen pendapatan yang bersumber dari perpajakan mencapai Rp846,1 triliun. Sedangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp224,1 triliun.
Penerimaan perpajakan bersumber dari pajak realisasinya hingga akhir Mei 2022 tercatat sebesar Rp705,82 triliun. Ini berarti telah mencapai 55,80 persen terhadap target pada APBN 2022.
‘’Realisasi penerimaan pajak tersebut tumbuh 53,58 persen secara yoy,’’ tegas Sri Mulyani saat konferensi pers bertema APBN Kita, Jumat, 24 Juni 2022.
Menurutnya, penerimaan pajak berasal dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Nonmigas dan Pajak Pertambahan Nilai serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM). Masing-masing kompnesn memberikan kontribusi terhadap total penerimaan pajak sebesar 59,32 persen dan 35,11 persen.
‘’Kinerja penerimaan pajak yang sangat baik tak lepas dari tren peningkatan harga komoditas serta membaiknya perekonomian domestik. Naiknya penerimaan pajak itu itu juga pengaruh dari penurunan restitusi, implementasi program Pengungkapan Pajak Sukarela (PPS) serta kenaikan tarif PPN,’’tambah Sri Mulyani.
BACA JUGA:Sri Mulyani: Ekonomi Indonesia Cukup Kuat Hadapi Tekanan Risiko Global
Realisasi penerimaan komponen perpajakan dari Kepabeanan dan Cukai capaiannya hingga akhir Mei 2022 sebesar Rp140,3 triliun. Itu berarti mencapai 57,3 persen terhadap target pada APBN 2022.
Kinerja penerimaan tersebut tumbuh 41,3 persen (yoy), pendorongnya adalah kinerja positif seluruh komponen. Kinerja Bea Masuk mencatatkan pertumbuhan 32,5 persen. Kontribusinya dari sektor perdagangan dan pengolahan sebagai dampak membaiknya ekonomi nasional.
Selanjutnya, kinerja bea keluar tumbuh 54,5 persen. Faktor pendorongnya adalah tingginya harga sekaligus meningkatnya volume ekspor tembaga. Selain itu, bea keluar CPO juga tumbuh akibat dari tarif bea keluar maksimal serta pengenaan bea keluar pada produk turunannya.
Sementara cukai tumbuh 41,1 persen yang menjadi pendorongnya adalah efektivitas kebijakan Cukai dan pengawasan. Selain itu terjadi perbaikan pada sektor perhotelan dan pariwisata akibat relaksasi PPKM.
BACA JUGA:Setelah Dua Tahun Vakum, Herman Deru Lepas Keberangkatan JCH Sumsel
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sampai dengan akhir Mei 2022 mencapai Rp224,1 triliun (66,8 persen dari pagu APBN 2022). Faktor pendorongnya adalah peningkatan semua komponen PNBP kecuali BLU.
PNBP SDA Migas tumbuh 98,1 persen akibat dari kenaikan ICP (Indonesia Crude Price). PNBP SDA Non-migas tumbuh 105,3 persen yang factor pendukunganya adalah kenaikan harga minerba.
Pendapatan kekayaan negara dipisahkan tumbuh 64,7 persen akibat adanya kenaikan setoran dividen BUMN terutama dari Himbara. PNBP lainya tumbuh 15,5 persen. Penyebabnya antara lain adalah penjualan hasil tambang, pendapatan denda dan kompensasi DMO (Domestic Market Obligation) batu bara.
Di sisi lain, pendapatan BLU (Badan Layanan Umum) terkontraksi 23 persen akibat berkurangnya pendapatan dari Lembaga Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit. Penyebab lainnya peralihan beberapa perguruan tinggi negeri BLU menjadi PTN badan hukum.
Pembiayaan APBN Responsif
Pada tahun 2022, target defisit sebesar 4,85 persen dari PDB. Ini lebih rendah dari target defisit tahun 2020 dan 2021.
Sampai dengan akhir Mei 2022, realisasi pembiayaan utang tercapai sebesar Rp90,97 triliun atau 9,3 persen pagu APBN 2022. Rinciannya terdiri dari realisasi SBN (Neto) sebesar Rp75,26 triliun dan realisasi Pinjaman (Neto). Jumlahnya mencapai Rp15,71 triliun.
BACA JUGA:Sambal Bakar Dadakan, Bikin Ngiler
Sementara realisasi pembelian BI melalui SKB I tahun 2022 sebesar Rp32,241 triliun. Rinciannya, terdiri dari SUN SKB I Rp17,160 triliun dan SBSN SKB I sebesar Rp15,081 triliun. Realisasi APBN sampai akhir Mei 2022 mencatat surplus 0,74 persen terhadap PDB. Hingga akhir tahun defisit APBN 2022 dapat menurun secara signifikan.
‘’Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah juga terus mengupayakan kesehatan APBN agar semakin pulih,’’Tegas Menkeu Sri Mulyani.
Pada akhir Mei 2022, Pemerintah telah menerbitkan Global Sukuk sebesar USD 3,25 miliar dengan Green Sukuk terbesar secara global. Keberhasilan penerbitan SBN Valas dilanjutkan pada awal Juni 2022, melalui penerbitan Samurai Bonds sebesar JPY 81 miliar.
Pemerintah tetap mengutamakan penerbitan SBN domestik. Langkanya antara lain melalui penerbitan SBN Ritel. Ini adalah sebagai upaya berkelanjutan untuk meningkatkan partisipasi investor domestik.
Meski dengan target yang tinggi, penerbitan SBR011 mengalami oversubscribe hingga 2,78 kali dari target awal sebesar Rp5 triliun. Pemerintah memperoleh Rp13,91 triliun dari 46.673 investor.
Meski masih diliputi ketidakpastian, pemulihan ekonomi di tahun 2022 diperkirakan akan terus berlanjut. Pemulihan ekonomi domestik hingga bulan Mei 2022 terjadi cukup kuat dan merata.
Kenaikan komoditas global memberi tambahan pendapatan dan menciptakan kesehatan APBN 2022 yang semakin kuat. Konsumsi masyarakat, investasi dan ekspor tumbuh cukup kuat dan menjadi motor pemulihan ekonomi.
’Konsolidasi APBN dapat terwujud dan berfungsi sebagai shock absorber. Ini juga untuk menjaga perekonomian dari tekanan ekonomi global yang masih volatile.
“Situasi yang baik masih bisa kita jaga, walaupun kondisi global sangat-sangat dinamis bahkan cenderung volatile. Kita akan terus mewaspadai pertumbuhan ekonomi kita meski pangaruh global tak bias terhindarkan,’’tegas Menkeu.
Sri Mulyani berharap APBN semakin kuat dan sehat untuk bisa menjaga perekonomian ke depan. (yui)
Sumber: