Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Dolar AS Kini Tembus Rp 16.000, Begini Tanggapan BI

Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Dolar AS Kini Tembus Rp 16.000, Begini Tanggapan BI

--

"Rilis data fundamental AS makin menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat, seperti data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar," jelasnya. 

BACA JUGA:Bisnis AFC seperti Tambang Cuan, Ini adalah Kisah Mereka yang Sukses Raup Miliaran Rupiah

Edi menegaskan, BI akan akan melakukan beberapa langkah-langkah untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.

Pertama dengan menjaga kestabilan rupiah melalui menjaga keseimbangan supply hingga demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF. 

Terkait nilai tukar rupiah dalam tren pelemahan sehingga tembus Rp 16.000 per dollar AS di pasar akan juga berdampak pada harga barang impor ataupun barang produksi dalam negeri berisiko terkerek naik.

Mengutip Google Finance, perdagangan rupiah pada kemarin dibuka pada level Rp 16.120. Posisi ini melemah apabila dibandingkan awal April yang berada di kisaran Rp 15.800-Rp 15.900. Nilai tukar rupiah di pasar sudah menembus Rp 16.000 mulai 10 April lalu.

BACA JUGA:Rumah BUMN Sumsel Pusri Dorong Peningkatan UMKM Kota Palembang hingga Ratusan Juta Rupiah

Sementara itu, Wakil Ketua bidang Agraria, Tata Ruang, dan Kawasan Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Sanny Iskandar mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah punya dampak luas, tak hanya bagi dunia usaha, tetapi juga merembet kepada konsumen.

Pelemahan nilai tukar rupiah memberikan tambahan ongkos biaya pada pelaku industri dalam negeri yang banyak mengimpor bahan baku ataupun bahan penolong dalam proses produksinya.

Depresiasi rupiah membuat mereka harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk impor dengan harga barang yang sama.

”Jika tekanan itu tidak bisa ditutup dengan langkah efisiensi, bukan tidak mungkin ditransmisikan kepada konsumen menjadi kenaikan harga,” ujar Sanny.

BACA JUGA:Waspada Polis Palsu Asuransi, Ini 3 Modus Agen ‘Nakal’ Rugikan Miliaran Rupiah?

Mayoritas industri manufaktur dalam negeri masih sangat bergantung pada impor bahan baku dan bahan penolong.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total impor bahan baku atau penolong pada Januari-Februari 2024 mencapai 72,47 persen dari total impor yang mencapai 36,93 miliar dollar AS.

Bahan baku dan bahan penolong itu diimpor lalu diolah atau diproduksi menjadi produk jadi hasil industri manufaktur dalam negeri.

Sumber: