Kabut Asap Tebal Selimuti Palembang, Jarak Pandang 500 Meter, Udara Sudah di Level Berbahaya
Proses pemadaman api yang membakar lahan gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan .--
PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Kabut asap tebal kembali menyelimuti Kota Palembang pagi ini, Selasa 31 Oktober 2023.
Dikutip dari detikcom, berdasarkan Indeks Kualitas Udara (AQI), Kota Palembang berada di peringkat satu dengan polusi udara berbahaya dengan level 365 poin.
Seperti apa kondisi terkini? Jarak pandang terganggu sekitar 500-1.000 meter, khususnya di waktu pagi dan menjelang sore hari.
Diketahui, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan sejak dua bulan lalu kini kembali membuat kota Palembang kembali diselimuti kabut asap.
BACA JUGA:ISPU di Kota Palembang Kembali Memburuk, Ini Tips Jaga Daya Tahan Tubuh Saat Kualitas Udara Kotor
Bahkan, kondisi udara di Palembang telah berada di level berbahaya dan membuat jarang pandang menjadi terganggu.
Berdasarkan pantauan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), kondisi Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di Palembang pada pukul 10.00 WIB, berada di angka 321.
Kondisi yang paling parah berada di Ogan Ilir dimana angka ISPU menembus 723 pada waktu yang sama.
Ambang batas udara dianggap baik jika ISPU-nya berada di bawah 50. Selain itu, jumlah fire spot terdapat 50 titik di Sumatera Selatan. Kawasan yang paling banyak adalah di Kabupaten OKI.
BACA JUGA:Satrel Ganjarist Kota Palembang Peduli, Gelar Bakti Sosial Bagi Masker Antisipasi Kabut Asap
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Kristanto mengatakan, kondisi udara di Palembang kembali memburuk, karena saat ini api karhutla masih belum padam.
Kabut asap pun terbawa angin menuju Palembang sehingga ISPU kembali memburuk.
Ferdian menerangkan, Kabupaten OKI memang wilayah yang paling terbakar lantaran di kawasan tersebut merupakan areal gambut yang memiliki kedalaman mencapai 6 meter.
Kondisi itu diperparah dengan air di lokasi kanal yang kini mulai sulit didapatkan, sehingga proses pemadaman hanya dilakukan lewat darat.
Sumber: