Wujudkan Pertumbuhan Berkelanjutan, Perbankan Syariah Perkuat Implementasi GRC Terintegrasi

Wujudkan Pertumbuhan Berkelanjutan, Perbankan Syariah Perkuat Implementasi GRC Terintegrasi

Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Hery Gunardi di acara Seminar Nasional Asbisindo yang mengangkat tema ‘Implementasi Governance, Risk and Compliance (GRC) Terintegrasi pada Perbankan Syariah di Era 4.0’.--

BACA JUGA:Pelaku UMKM Butuh Modal Tambahan Rp 500 Juta, Bisa Ajukan KUR BSI Kecil, Ini Syaratnya

"GRC meskipun 3 huruf tapi dampak dan cakupannya luas. Karena dampak sosial dan ekonominya, serta kaitannya dengan dana sosial saya kira itu luar biasa," jelas dia.

Pentingnya Integrasi

Pada kesempatan yang sama, Muliaman Hadad yang merupakan Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2012-2017, mengatakan pertumbuhan perbankan syariah sejak tahun 2000 selalu lebih tinggi dari industri perbankan nasional dan selalu double digit. 

Di sisi lain, secara market share tidak terlalu banyak berubah, masih di kisaran 7 persen. 

BACA JUGA:BSI Kumpulkan Lebih dari 5.000 Sampah Botol Plastik di Jogja Marathon 2023

Oleh karena itu, menurutnya pertumbuhan perbankan syariah yang tinggi sulit berkelanjutan dan memperluas pangsa tanpa didukung dengan compliance dan governance yang baik.

"Artinya bagaimana mengintegrasikan tiga pilar penting dalam GRC ini menjadi tantangan kita. GRC terintegrasi ini menjadi strategi sekarang, integrated approach,"ungkap dia.

"Terutama mengelola risiko. Tidak lagi dilihat stand alone function dan dilihat sebagai salah satu cara untuk mendorong pertumbuhan berkesinambungan,"ulasnya. 

"Kita tahu good governance adalah salah satu cara untuk membangun ketahanan dari suatu lembaga," tuturnya. 

BACA JUGA:BSI Kelola Payroll Pegawai Kementerian Perhubungan, Ini Rincian Kerja samanya!

Oleh karena itu, Muliaman menyebut ada beberapa hal penting yang menjadi fokus agar GRC menjadi lebih terintegrasi. 

Pertama adalah teknologi. Intinya bagaimana perbankan syariah me-leverage teknologi untuk membangun GRC yang lebih terintegrasi.

Kedua, membangun GRC yang lebih agile. Karena GRC yang agile dapat mengantisipasi berbagai tantangan termasuk cyber risk. Ketiga, agenda besar penerapan GRC ke depan terkait kultur, terutama budaya risiko. 

"Kita ketahui bersama harus membangun risk culture, dan educate staff untuk membangun teknologi. Membangun risk culture ini menjadi sesuatu yang terus-menerus berlanjut," katanya.

Sumber: