8 Prosesi Pernikahan Adat Palembang yang Kental dengan Nuansa Kesultanan, Apa Saja? Berikut Ulasannya
Pakaian adat pengantin Palembang dengan ciri khas mendominasi warna merah balutan songket.--
Saat arak-arakan, rombongan keluarga mempelai pria akan disambut oleh ibu sang pengantin wanita
Para sesepuh perempuan saat itu siap membawa semangkuk beras tabur dicampur receh. Beras ini akan ditaburkan kepada pengantin laki-laki dan rombongan.
Pada momen mengarak pacar ini, pengantin wanita seakan mengatakan pengakuan seperti, “Pada saat ini suamiku kusambut dan kuterima segala titah dan kewajibanku sebagai ratu rumah tangga dengan baik.”
8. Munggah
Munggah merupakan puncak acara dari prosesi pernikahan adat Palembang. Acara ini biasanya digelar di rumah mempelai wanita.
Acara munggah di nikah adat Palembang dimulai dengan penyambutan calon mempelai pria bersama rombongannya.
Mereka membawa berbagai seserahan dan hantaran berisi tiga set kain songket, kaon batik Palembang, kosmetik, buah-buahan, kain jumputan, hasil bumi, uang, dan perhiasan. Kedatangan mereka ini akan diiringi bunyi rebana.
Setibanya di rumah mempelai perempuan, ibu dari pengantin wanita akan membalutkan selembar kain songket motif lepus ke punggung mempelai pria.
Lalu ia akan menariknya menuju kamar mempelai perempuan atau yang disebut dengan gendong anak mantu.
BACA JUGA:Idulfitri Momentum Merawat Seni, Budaya, dan Nilai Tradisi Indonesia
Prosesi selanjutnya merupakan tumbu jero alias mengetuk pintu. Setelah itu, pengantin laki-laki akan membuka kain selubung yang menutupi wajah istrinya. Acara ini juga disebut sebagai buka langse.
Acara dilanjutkan dengan orangtua pengantin perempuan yang menyuapi nasi ketan kuning dan ayam panggang atau yang disebut upacara suapan.
Setelah itu, upacara cacap-cacapan atau orangtua pengantin laki-laki mencacap/mengusap ubun-ubun kedua pengantin dengan air kembang setaman.
Ini merupakan simbol bahwa mereka memberikan nafkah untuk terakhir kalinya.
Sumber: