Inspirasi Bisnis, Eddy Ganefo, Pengembang Nasional asal Sumsel yang Pernah Dagang Ayam
Eddy Ganefo yang asal Sumsel sukses menjalankan bisnis properti hingga kancah nasional.-dok radar palembang-
Adakah cita-cita menjadi wirausaha sedari remaja dulu?
Sampai dengan SMA, saya tidak pernah bercita-cita jadi wirausaha, tetapi setelah tamat SMA saya mulai punya cita cita menjadi pengusaha persisnya sejak di bangku kuliah. Pada saat saya memulai usaha serabutan seperti yang saya ceritakan di atas.
Mengapa sampai akhirnya Anda memilih properti sebagai ceruk bisnis? Apa yang menarik dari properti ini? Bagaimana Anda berkenalan pertama kali dengan industri properti?
Nah, ini pertanyaan menarik karena saya selama masa remaja sudah ditempa di berbagai organisasi dan tertanam dalam jiwa saya, bahwa kita harus melakukan yang terbaik untuk bangsa ini dan juga untuk diri dan keluarga kita.
Makanya, saya meninggalkan dunia kontraktor karena di sana hampir semuanya dipenuhi oleh orang-orang yang korup baik pihak swasta maupun dari pemerintah (pemberi pekerjaan). Hal ini sangat bertentangan dengan diri saya.
BACA JUGA:Bisnis Inspirasi, Siung-siung Cari Pengalaman mulai dari Hongkong, Prancis, hingga Mesir
Pada saat saya pertama kali masuk ke dunia properti yang kebetulan saya kembangkan adalah perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Di sinilah saya merasa ruang bisnis yang paling cocok buat saya.
Bayangkan kita sambil berbisnis juga bisa menyediakan rumah bagi masyarakat yang sangat membutuhkannya.
Pada saat saya membangun rumah murah di Tangerang yaitu rumah dengan luas hanya 22 meter persegi dan luas kaveling hanya 72 meter persegi, saya hampir mundur di dunia properti karena tidak sampai hati menyediakan rumah dan kaveling yang sangat kecil.
Namun pada saat akad KPR tiba-tiba ada seorang ibu yang datang ke saya dengan mata berkaca kaca. Saya berpikir saat itu sang ibu pasti akan marah ke saya karena rumah yang saya bangun sangat kecil.
Ternyata ibu tersebut mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada saya dimana menurutnya kalau tidak ada rumah murah tersebut mana mungkin dia bisa memiliki rumah.
Saya tanya kenapa? Jawab ibu itu, untuk sewa rumah perbulan dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp500 ribuan. Sementara dengan rumah murah ini mereka juga tetap mengeluarkam uang yang sama Rp 500 ribuan untuk mencicil, tapi rumah tersebut adalah miliknya.
Dan apabila ada rezeki dia akan menambah luas bangunan rumah itu. Nah dari kejadian inilah akhirnya menguatkan saya untuk tetap melanjutkan dan focus pada bidang property, khususnya rumah murah bagi masyarakat yang kurang mampu.
Sumber: