Inspirasi Bisnis, Harriadi Benggawan, Pengembang Perintis di Palembang

Tidak ada istilah anak emas selama ia merinstis karier di usaha keluarga itu.

Jika ada kesalahan yang dilakukan, atasannya akan langsung memarahinya tanpa sungkan, karena orang tuanya memang meminta agar Harriadi diberlakukan seperti karyawan biasa.

“Saya dulu tidak ada bedaperlakuannya, sama seperti karyawan lain. Penghasilan pertama saya malah hanya Rp 150 ribu di 1988 itu,” kenangnya.

BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Kurmin Halim, Anak Sopir Taksi yang Bermimpi Tinggi

 

Selepas mengenyam menjadi pengawas lapangan, kesabaran Harriadi ditempa kembali. Kali ini, dia dipindahkan ke bagian marketing.

Cukup lama ia di posisi itu, tepatnya sekitar tujuh tahun. Dirinya mengaku menjual rumah di zaman itu jauh lebih mudah dari era sekarang.

Sebab, pengembang kala itu belum banyak, sementara kebutuhan masyarakat terhadap rumah memadai, juga tinggi.

Sukses menjadi marketing, akhirnya di 1997, orang tuanya menyerahkan sepenuhnya pengurusan PT Polygon Abadi kepada Harriadi Benggawan.

Tahun itu awal tahun sulit bagi Harriadi, karena di 1998, Indonesia memasuki masa krisis moneter (krismon).

BACA JUGA:Inspirasi Bisnis Elysa Thamrin, Kuliah Finance di Amerika, Pulang jadi Sales Counter

 

“Tapi situasi mencekam seperti itu untungnya hanya terjadi di Jakarta, di Palembang ini saya kira efeknya tidak begitu parah,” sebutnya.

Otomatis krisis ini berimbas pada bisnis properi. Akhirnya, Harriadi memutuskan untuk membuka kembali usaha kontraktor milik Polygon yang semula sempat vakum.

“Cara ini untuk mengatasi omzet penjualan yang jauh merosot,” ucap Harriadi.

Sumber: