Pupuk Subsidi di OKU Timur Langka, Begini Jeritan Petani
RADAR PALEMBANG – Para petani menjerit karena pupuk Subsidi di OKU Timur langka.
Akibat pupuk subsidi langka, produk petani terancam merosot. Para petani sulit meningkatkan poduksi pertanian mereka.
Pupuk Subsidi di OKU Timur Langka, mendapat atensi dari Anggota DPRD Sumsel Syarnubi.
"Masalah terbesar petani OKU Timur saat ini adalah kelangkaan pupuk subsidi. Petani sulit mendapatkan pupuk pada setiap musim tanam,’’ terutama pupuk bersubsidi yang selalu sulit di Anggota DPRD Sumsel Syarnubi, Selasa, 26 Juli 2022.
Menurut Syarnubi, akibat pupuk subsidi langka, para petani akhirnya terpaksa membeli pupuk nonsubsidi. Ini jelas akan menambah cost petani di OKU Timur.
Dia melihat stok pupuk nonsubsidi selalu tersedia di pasaran dalam jumlah cukup banyak. Apakah pupuk Subsidi di OKU Timur langka adalah kesengajaan, agar petani beli pupuk non subsidi?
Syarnubi mengungkapkan, Petani di OKU Timur pun memohon agar pemerintah segera mencarikan solusi dari masalah ini.
Menurut petani, kalau memang pupuk bersubsidi harus dihapus maka sebaiknya dihapuskan saja.
BACA JUGA:Mau Gunakan BBM Subsidi Daftar Dulu di Subsiditepat.mypertamina.id
Alasannya, selama ini petani memang tak pernah menikmati pupuk murah yang disubsidi pemerintah itu. Sebagai gantinya, petani minta diberi bantuan langsung tunai (BLT) untuk membantu mereka membeli pupuk.
Syarnubi menambahkan, selain masalah pupuk mahal dan langka, petani di Kabupaten OKU Timur juga dibelit persoalan mahalnya peralatan pertanian.
BACA JUGA:Bupati H Lanosin Launching Pembangunan Infrastruktur OKU Timur Tahun 2022, Nilainya Rp32 miliar
Saat panen, petani kembali menghadapi kesulitan saat harus membawa hasil panen melewati jalan yang mulai banyak rusak akibat tidak adanya pembangunan selama pandemi.
"Petani berharap dengan berakhirnya pandemi, pembangunan desa kembali dilakukan. Sehingga jalan jalan desa kembali bagus,"ujar Syarnubi.
Setelah melewati masa tanam dan perawatan tanaman padi, petani masih belum bisa memetik hasil. Pasalnya, saat menjual hasil panen, harga gabah dan beras justru anjlok.
“Sehingga biaya produksi dengan hasil yang didapat sering tidak seimbang,"tukasnya.(zar)
Sumber: