Sempat Jadi yang Terkaya di Dunia, Kini Negara Ini Hancur dan Bangkrut, Ini Penyebabnya
Republik Nauru pernah menjadi negara terkaya di dunia namun akhirnya menjadi negara yang hancur dan bangkrut dikarenakan kotoran burung--
Pada akhirnya banyak dana keuangan mereka yang diinvestasikan menjadi aset tidak liquid seperti real estate dan hotel di berbagai kota besar di seluruh dunia seperti di Auckland, Manila, Melbourne, Honolulu, London dan lain sebagainya.
Salah satunya yang cukup terkenal adalah pembangunan Nauru House, yaitu sebuah gedung pencakar langit yang sempat menjadi landmark gedung tertinggi di Melbourne pada tahun 1970-an.
Namun sejak tahun 1976, GDP Nauru terus menurun seiring dengan penurunan produksi fosfat yang berhasil ditambang, sementara pengelolaan dana di NPRT juga berantakan.
Hal ini dikarenakan para pemimpin dan konsultan keuangan mengkorupsi dana kelolaannya yang membuat biaya operasional membengkak tidak masuk akal.
Bahkan antara tahun 1989 hingga 2004 pemerintah Nauru berganti sebanyak 21 kali misi untuk menyelamatkan keuangan nasional dan dijadikan kesempatan para pegawainya untuk hura-hura.
BACA JUGA:OJK Raih Predikat Badan Publik Informatif Terbaik 2023
Dengan menginap di hotel mewah di seluruh dunia, terbang menggunakan tiket pesawat vvip yang harganya sangat mahal, serta mengeksekusi dana kelolaan investasi tanpa menghitung biaya perawatan gedung, pajak bangunan di kota besar yang mahal dan lain sebagainya.
Hingga pada akhirnya Nauru terpaksa berhutung sebanyak 239 juta dollar kepada GE capital dan mulai kesulitan untuk membayar hutangnya.
Aset real estate di berbagai dunia yang sifatnya tidak liquid juga tidak gampang untuk dicairkan dalam waktu cepat.
Akhirnya, aset-aset properti Nauru disita oleh pengadilan Nauru dinyatakan tidak mampu untuk membayar hutangnya di tahun 2002.
Pada tahun 2002 itu juga Nauru dinyatakan sebagai negara yang sudah bangkrut karena gagal untuk menjalankan kewajibannya.
Dan juga penambangan fosfat yang pernah dilakukan juga merusak ekosistem pulau Nauru, tanah di pulau Nauru sudah tidak bisa lagi untuk dijadikan lahan pertanian atau perkebunan.
Pantainya juga tercemar karena limbah sisa penambangan yang membuat nelayan Nauru susah untuk menangkap ikan.
BACA JUGA:Sama-sama Menjabat 2 Periode, Begini Perbandingan Kinerja Presiden SBY dan Jokowi di Bidang Ekonomi
Akhirnya masyarakat Nauru hanya dapat bergantung dengan ekspor makanan murah dari luar negeri yang gizinya tidak seimbang seperti makanan kaleng dan makanan instan yang mengandung sedikit karbohidrat, gula, dan bahan pengawet.
Sumber:



