Untungkan Bisnis UMKM, Pakar IT Sebut Integrasi TikTok-Tokopedia Perlu Waktu
--
BACA JUGA:10 Cara Cari Uang dari TikTok, Silahkan Dicoba?
Kalau dari sisi pemrograman, jump app tidak diperlukan dan juga tidak direkomendasi karena akan mengganggu pengalaman pengguna yang dipaksa harus lompat-lompat ke sistem lain.
Jadi semua pemrograman dapat diotomatiskan," ujar Tony Seno dalam keterangan tertulisnya di Jakarta.
Dalam penjelasannya, proses perbelanjaan dari etalase produk hingga pemrosesan pemesanan transaksi akan dilakukan pada dua sistem back-end yang berbeda dari sisi data, domain, dan sistem yang terpisah.
Sebaiknya pengguna Tiktok dan Tokopedia tidak akan mengalami perubahan pengalaman penggunaan masing-masing aplikasi atau tidak ada jump app.
BACA JUGA:Tokopedia Sediakan Layanan Asuransi Pengiriman, Hindari Kerugian Penjual dan Beri Rasa Aman Pembeli
Tony memberikan contoh, proses perbelanjaan dari TikTok ke Tokopedia seperti pelayanan kesehatan rumah sakit (RS) yang sudah modern.
Di RS tersebut sistem backend untuk menangani identitas pasien, rekam medis elektronik, billing, asuransi yang sudah terhubung ke backend lain melalui API (Application Programming Interface) ke beberapa institusi berbeda.
Semisal identitas terhubung ke Dukcapil, rekam medik elektronik terhubung ke Kemenkes, billing terhubung ke bank, asuransi terhubung ke BPJS, dan sebagainya.
"Semua sistem tersebut cukup diakses dari satu monitor saja di RS.
BACA JUGA:Tokopedia Bagikan Tips dan Trik Sukses Memulai Bisnis Online
Bagian penerimaan pasien tersebut tidak perlu lompat-lompat ke aplikasi yang berbeda.
Selain itu, interaksi dua aplikasi pada sistem backend sudah lazim digunakan di Indonesia, terutama pada sektor keuangan," tambah Tony Seno.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa masa transisi yang diberikan oleh Kementerian Perdagangan perlu diawasi
“Misalkan, pemerintah melihat bahwa akan ada suatu aplikasi yang baru dan aplikasi itu akan diawasi, biasanya pemerintah akan melakukan beberapa tahapan.
Sumber:


