PALEMBANG, RADARPALEMBANG.ID - Penanganan kebocoran pipa minyak sering kali terhambat, oleh belum adanya kata sepakat antara kelompok masyarakat terdampak dengan pihak Pertamina.
Hal ini diungkapkan Dumadi Ferianto Superintendent Ogan Komering Field, dalam acara Kupas Tuntas Industri Hulu Migas (Kupat Migas) yang dilaksanakan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) di The Excelton Hotel Palembang, kemarin.
Dijelaskannya, proses penanganan dampak dari kebocoran pipa sering kali lambat dan mengakibatkan pencemaran semakin meluas. Hal ini terjadi karena ada sekelompok masyarakat yang sengaja menghalangi proses penanganan sebelum ada kesepakatan terkait kompensasi. Hal ini tentu tidak harapkan, karena daerah yang terkena dampak pencemaran bisa semakin meluas.
Untuk itu, ia berharap proses penanganan dan dialog dengan kelompok masyarakat seperti kompensasi bisa berjalan secara pararel atau bersamaan. Sehingga, dampak dari terjadinya kebocoran tidak semakin meluas.
BACA JUGA:SKK Migas Ajak Pers Perkuat Edukasi Publik Soal Energi di Media Gathering FJM Sumsel 2025
“Nah, sering kita temukan dilaparang proses penangaan tertunda, karena ada kelompok pihak -pihak yang menghalangi dan lebih mendahulukan dialog atau kompensasi daripada proses penanganan pencemaran, dampaknya jelas pencemaran bisa menjadi meluas,“ ujarnya.
Pada kesempatan itu Dumadi juga memaparkan tentang pentingnya menjaga keamanan dan keselamatan di sekitar fasilitas Migas HSSE Operation. “Ini termasuk objek vital nasional, dan asset negara jadi harus dijaga,” tegasnya.
Sementara itu, Sonny Ardhiansyah, Superintendent Ramba Field yang mewakili Senior Manager PEP Ramba Field di acara itu, menyampaikan tekad Pertamina menjadi perusahaan hulu migas terkemuka di tingkat nasional maupun global.
Pertamina juga memiliki visi dan misi menjalankan kegiatan hulu migas secara profesional, efisien, aman, ramah lingkungan, serta memberikan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.
BACA JUGA:Kenalkan Migas Sejak Dini, Perwira Pertamina Plaju Edukasi Siswa Lewat PEN 8.0
Sonny Ardhiansyah berpendapat sinergi antara Pertamina dengan media menjadi penting dalam menjaga keterbukaan informasi dan membangun kepercayaan publik terhadap industri migas.
"Mudah-mudahan kegiatan hari ini, kegiatan kita bisa langsung berjalan dengan lancar dan menambah wawasan bagi teman-teman media, baik yang lokal maupun yang sifatnya nasional. Apa pun itu, kita adalah partner, maka mudah-mudahan di depan kita bisa berjalan jauh lebih baik dari sekarang," ujarnya.
Oleh karena itu, Kupat Migas LIMAS menjadi wadah PHR menjalin komunikasi yang baik dengan insan pers, khususnya di wilayah operasional PHR Zona 4.
Selain komunikasi yang baik terjalin, acara ini diharapkan dapat membantu wartawan di sekitar area operasi untuk memahami industri migas. Dengan demikian, wartawan dapat lebih akurat dalam pemberitaan terkait sektor migas.
BACA JUGA:Dukung Ketahanan Energi Nasional, PLN Perkuat Keandalan Listrik untuk PHR di WK Rokan