PALEMBANG, RADARPALEMBANG.ID - Perang harga akibat tingginya produksi bisa menyebabkan harga mobil listrik menjadi anjlok seperti yang sedang berlangsung di Thailand.
Ramainya permintaan akan mobil listrik membuat para produsen kendaraan hemat energi ini meingkatkan volume produksinya secara masif.
Namun perlu diketahui peningkatan produksi mobil listrik yang dilakukan para produsen tersebut bisa berdampak pada turunnya harga juga dan dapat membuat terjadinya perang harga.
Salah satu dengara di Asean yang kini bakal menghadapi perang harga akibat tingginya pasokan dan produksi mobil listrik adalah Thailand.
BACA JUGA:Hampir Tembus Rp 1 Miliar, Segini Skema Cicilan Terbaru Mobil Listrik BYD Denza D9 di 2025
BACA JUGA:Geely EX5 Rencana Dijual di Indonesia, Berikut Ini 5 Keunggulan Mobil Listrik China
Dikabarkan para produsen mobil listik di Thailand saat ini sudah banyak produsen memangkas harga jual demi menarik konsumen.
Dalam laporan yang dirilis Jumat (31/1/25), disebutkan bahwa GAC memangkas harga AION Y Plus hingga 166.000 baht (sekitar Rp 80 jutaan).
Bahkan, Great Wall Motor (GWM) menurunkan harga Ora Good Cat hingga 270.000 baht (sekitar Rp 130 jutaan).
Gelontoran diskon yang diberikan oleh pabrikan China membuat harga jual mobilnya menjadi tidak stabil. Hal ini memicu keluhan dari pembeli, bahkan tak sedikit konsumen yang melaporkan praktik ini kepada Dewan Perlindungan Konsumen di Thailand.
BACA JUGA:Intip Mobil Baru Toyota Indonesia 2025, Ada Mobil Hybrid dan Mobil Listrik Baru
BYD sudah pernah diinvestigasi oleh pemerintah Thailand lantaran memberikan diskon hingga 340 ribu baht (sekitar Rp 164 jutaan).
Namun penyelidikan tersebut sudah selesai dan BYD dibebaskan dari tuduhan pelanggaran.
Analis senior dari Bank Siam Commercial (SCB), Tita Phekanonth, menyebutkan bahwa persaingan harga antara mobil listrik dan mobil konvensional akan berlangsung lama dan bisa memaksa harga mobil internal combustion atau berbahan bakar fosil ikut turun.