3 Raksasa Otomotif Jepang Bergabung, Nissan, Honda, Mitsubishi Menuju Merger, Ini Kata Carlos Ghosn

Selasa 24-12-2024,09:50 WIB
Reporter : Maulana Muhammad
Editor : Maulana Muhammad

"Di era perubahan dalam industri otomotif, studi antara Nissan dan Honda tentang integrasi bisnis akan mempercepat efek maksimalisasi sinergi, membawa nilai tinggi juga pada bisnis kolaboratif dengan Mitsubishi Motors.

BACA JUGA:Honda Freed Sabet Japan Car of The Year 2024, Ini Daftara Nominasinya

BACA JUGA:Honda Resmi Rilis HR-V Facelift, Dibandrol Rp 400 jutaan, Ini Spesifikasi Terbarunya

Untuk mewujudkan sinergi dan memanfaatkan kekuatan masing-masing perusahaan dengan sebaik-baiknya, kami juga akan mempelajari bentuk kerja sama terbaik," kata Takao Kato.

Bergabungnya tiga pabrikan besar Jepang ini akan membuat mereka menjadi produsen mobil terbesar ketiga di dunia. Di belakang Toyota dan Volkswagen.

Adapun rencana merger ini muncul lantaran persaingan industri otomotif dunia yang mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir.

Kehadiran Tesla dan kemunculan banyak brand China telah merevolusi pasar kendaraan roda empat di seluruh dunia.

BACA JUGA:Nissan Pamerkan The All New Serena e-Power di GIIAS Surabaya 2024, Segini Harganya

BACA JUGA:Resmi Mengaspal di Indonesia, Berikut Harga dan Spesifikasi Nissan Leaf

Carlos Ghosn Kritisi Rencana Marger Nissan dan Honda

Menurut mantan bos Nissan, Carlos Ghosn keputusan bergabungnya Nissan dan Honda itu adalah langkah frustasi dari Nissan yang mengalami kemerosotan penjualan.

Nissan sedang dalam kesulitan saat ini namun kondisinya tak kunjung membaik. Sebagai contoh, Nissan berencana untuk memangkas 9.000 pekerjaan, menunda produk yang akan datang, dan kini berusaha untuk menemukan pendukung keuangan untuk menstabilkan operasinya.

Seolah-olah itu belum cukup, Nissan dikabarkan sedang menjajaki merger dengan Honda. Menurut Eks bos Nissan, Carlos Ghosn situasi ini menimbulkan masalah besar bagi Nissan, dan tampaknya, Honda tidak terlalu bersemangat untuk terlibat.

"Ini bukan kesepakatan pragmatis karena terus terang, sinergi antara kedua perusahaan sulit ditemukan. Praktis tidak ada [hubungan] yang saling melengkapi antara kedua perusahaan.

Mereka berada di pasar yang sama. Mereka [dalam] produk yang sama. Merek-mereknya sangat mirip," kata Ghosn.

"Jadi dengan cara tertentu dari satu sisi, Nissan adalah langkah putus asa untuk mencoba menemukan masa depan," lanjut Ghosn.

Kategori :