Kegagalan ini menjadi catatan terburuk STY di Piala AFF. Dalam dua kesempatan sebelumnya, ia membawa Indonesia menjadi runner-up (2020) dan semifinalis (2022).
Pengamat Apresiasi Timnas Muda
Pengamat sepakbola dari Football Institute, Budi Setiawan mengapresiasi perjuangan Timnas Indonesia. Baginya, itu jadi modal berharga buat para pemain muda.
"Daya juang pemain patut kita apresiasi. Dengan 10 pemain mampu melawan 11 pemain senior Filipina, para pemain di tim ini punya masa depan selama dipegang oleh pelatih yang mampu mengoptimalisasi kemampuan mereka," jelasnya dalam keterangan.
Pelatih Shin Tae-yong dinilai Budi bakal jadi sorotan. Tak ayal, ada beberapa keputusan yang sempat mencuri perhatian seperti tidak dipanggilnya Ramadhan Sananta dan Jens Raven.
"Shin tidak mampu mengoptimalisasi semua potensi yang ada dan kewenangan yang dia miliki untuk memanggil pemain yang seharusnya layak masuk timnas AFF 2024," tegasnya.
"Mengganti Marselino yang menciptakan beberapa kali peluang gol adalah hal yang fatal," cetusnya menyoal keputusan-keputusan STY di laga kontra Filipina.
Budi Setiawan menilai PSSI harus lakukan evaluasi. Dalam catatannya, Timnas Indonesia memperpanjang daftar kelam dengan finis empat kali di fase grup, terakhir di tahun 2018.
"Pastinya peringkat Indonesia pasti akan turun lagi (di ranking FIFA-red) setelah kekalahan lawan Filipina. Imbang lawan Laos, kalah lawan Filipina, gagal lolos semifinal AFF. Satu kata untuk PSSI, evaluasi STY," paparnya.
"Kok bisa timnas kita naik di Asia dan dunia tapi mundur di ASEAN, rekor STY di Piala AFF adalah sekali runner up, sekali semifinalis, dan terakhir selesai di fase grup. Apa yang diandalkan hanya pemain keturunan?" tutupnya.