PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Sejumlah analis memprediksi beberapa brand mobil listrik China akan mengalami kebangkrutan pada akhir 2030 dikarenakan perang harga yang brutal.
Bahkan perang harga yang bukan lagi jadi rahasia ini juga menjadi kekhawatiran para produsen mobil listrik Barat untuk menghadapi gempuran mobil listrik asal China.
Namun ternyata tekanan akibat perang harga tersebut juga dialami oleh pasar domestik di China, bahkan sejumlah analis memperkirakan akan banyak brand yang tidak mampu bertahan pada akhir 2030.
Mengutip dari Carscoops, Alixpartners mengungkapkan saat ini terdapat 137 brand mobil listrik yang beroperasi di China.
BACA JUGA:Kenalan Yuk! Sama Mobil Listrik SUV Mercedes-Benz EQE, Punya Desain Mewah dan Tangguh
Alixpartners memprediksi hanya akan ada 19 merek yang mampu bertahan dan meraup keuntungan pada tahun 2030.
Bukan tampa sebab prediksi tersebut didasarkan pada perang harga brutal yang terjadi selama beberapa tahun terakhir di pasar domestik China dan belum menunjukan tanda-tanda akan berakhir.
Pemain dominan seperti BYD memiliki margin keuntungan yang memungkinkan mereka untuk terus menekan harga jual.
Fenomena perang mobil listrik China itu kian menekan para pesaing lokal yang memiliki margin keuntungan tipis, namun terpaksa menurunkan harga jual agar tetap bisa bersaing.
Perang harga ini telah menghantam beberapa merek China, termasuk WM Motor yang mengajukan kebangkrutan pada 2023. Alixpartners memperkirakan akan ada banyak lagi yang menyusul.
BACA JUGA:Jadi Raja Produsen Mobil Listrik, China Malah Beli Tesla Untuk Jadi Mobil Dinas
Sementara itu Pusat Studi Strategis dan Internasional (Center for Strategic and International Studies) mengungkapkan analisis baru bahwa Pemerintah Cina telah memnghabiskan dana $ 230,8 miliar untuk mendukung perusahaan mobil listrik sejak 2009 sampai 2023 dikutip dari Carscoops Senin, 24 Juni 2024.
Bahkan angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan dana yang digelontorkan Pemerintah AS untuk kendaraan listrik, yakni sebesar $ 1 miliar.
Dalam analisis terbaru, dari total dana tersebut, hanya $ 6,74 miliar yang dibelanjakan antara tahun 2009 dan 2017.
Kemudian, jumlah tersebut meningkat tiga kali lipat pada 2018-2020, dan kemudian meningkat tajam mulai 2021.