PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Tradisi lepas burung pada perayaan tahun baru Imlek mempunyai arti dan makna berharga tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Palembang.
Banyak tradisi unik dan menari pada saat perayaan tahun baru Imlek di berbagai daerah, salah satunya tradisi lepas burung di Palembang.
Salah satu kelenteng yang banyak dikunjungi pada saat Tahun baru Imlek baik oleh masyarakat Tionghoa atau juga wisatawan adalah Kelenteng Dewi Kwan Im yang berada di Kelurahan 10 Ulu Palembang.
Biasanya masyarakat Tionghoa di Palembang yang beribadah di Kelenteng Dewi Kwan Im akan melepaskan burung pipit setelah melakukan sembahyang pada perayaan tahun baru Imlek.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Destinasi Wisata Saat Libur Panjang Tahun Baru Imlek 2024
Tentunya tradisi tersebut menjadi momen yang biasa di tunggu oleh masyarakat di Palembang mengingat perayaan ini hanya dilakukan setahun sekali.
Biasanya akan banyak pedagang burung pipit baik dari warga palembang atau juga dari luar kota yang berjualan disekitar Kelenteng pada saat tahun baru Imlek.
Tradisi lepas burung pada momen perayaan tahun baru Imlek ini pastinya membawa berkah bagi para pedagang burung.
Burung pipit tersebut dijual oleh para pedagang dengan harga Rp 30.000 per kandangan yang berisikan 10 ekor burung.
Bagi masyarakat Tionghoa sendiri tradisi lepas burung merupakan salah satu ritual yang rutin dilakukan, terutama saat Tahun Baru Imlek karena melepaskan burung memiliki makna sebagai memohon ampunan kepada yang maha kuasa.
BACA JUGA:Tahun Baru Imlek 2024 Jatuh di Akhir Pekan 10 Februari, Adakah Cuti Bersama Sebelumnya?
Jadwal Sembahyang dan Hari Raya Masyarakat China
Setiap tahunya ada banyak tradisi yang dirayakan oleh masyarakat China, mulai dari Tahun baru Imlek, Cap Go Meh, Ceng Beng atau ziarah kubur, Festival Bakcang, Festival Kue Bulan, Sembahyang Rebutan, hingga Festival Ronde.
Selain melaksanakan sembahyang hari raya, masyarakat China juga melakukan tradisi sembahyang kepada leluhur dan Dewa-Dewi di sepanjang tahunnya.
Tradisi sembahyang ini adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap para leluhur dan ungkapan doa dan rasa syukur pada Dewa-Dewi.