MAKKAH, RADARPALEMBANG.COM - Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus mematangkan konsep terbaik dalam penyelenggaraan ibadah haji jemaah lansia, khususnya saat fase puncak haji, wukuf di Arafah – Muzdalifa – Mina.
Ada tiga skema yang dirumuskan dan itu sudah didiskusikan serta disosialisasikan kepada para pengurus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU).
Kenapa KBIHU? Direktur Bina Haji Arsad Hidayat mengatakan, KBIHU memiliki posisi strategis dalam ikut memberikan pemahaman kepada jemaah haji, termasuk jemaah lansia, terkait skema penyelenggaraan puncak haji.
Sebab, KBIHU umumnya memilki banyak jemaah. Pesan dari para ustaz di KBIHU juga didengar dan diikuti oleh jemahnya.
BACA JUGA: UPDATE! 191.208 Jemaah Indonesia TelahTiba di Tanah Suci, 97 Jemaah Haji Wafat
“Menjelang puncak haji di Arafah – Muzdalifah – Mina atau Armina, kita telah siapkan tiga skema penyelenggaraan ibadah, khususnya bagi jemaah haji lansia,” tegas Arsad usai melakukan sosialisasi dengan para pengurus KBIHU di Makkah, Selasa 21 Juni 2023.
Apa saja ketiga skema itu? Skema pertama disiapkan bagi jemaah lansia yang meninggal dunia setelah di embarkasi,
Saat di pesawat atau di tanah suci, serta jemaah lansia yang memiliki ketergantungan pada alat dan obat sehingga tidak bisa dimobilisasi. Jemaah yang masuk dalam kategori skema ini, akan dibadalhajikan.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu, sampai saat ini tercatat ada 97 jemaah haji Indonesia yang meninggal di pesawat, Jeddah, Madinah, dan Makkah.
“Jadi, nantinya akan ada orang yang membadalkan hajinya,” terang Arsad.
BACA JUGA:PPIH Mulai Bersiap Sambut Puncak Haji, Ini Skemanya
Skema kedua disiapkan bagi jemaah haji yang sakit dan dirawat, baik di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) ataupun di RS Arab Saudi, dan masih bisa dimobilisasi.
Jemaah dengan kategori ini akan disafariwukufkan.
“Kita akan angkut dengan bus yang sudah dimodifikasi, ada jemaah yang duduk dan baring.
Satu dua jam di Arafah kemudian akan kembali ke KKIH atau RSAS,” sebutnya.