Lagi-lagi ajaran bersedekah, berderma dalam ajaran Islam bertransformasi menjadi "membagikan uang kecil" tanda kebahagiaan untuk anak-anak, siapapun mereka dan tanpa memandang latar belakang keluarga.
Lebaran adalah momen berbagi tapi sekaligus selebrasi keakraban, kekeluargaan, kebersamaan, dan keramahtamahan paling sakral dan naturally menunjukkan keaslian.
Keaslian sikap hidup orang Indonesia. Kelangkaan budaya yang berulang setiap tahun, tapi tak lekang dimakan zaman. Tradisi yang mentradisi.
Budaya adiluhung yang diinspirasi nilai-nilai luhur agama. Budaya yang menyerap agama, atau (nilai) agama yang mentradisi.
BACA JUGA:9.561 Narapidana dan Anak Didik Diberi Remisi dari Kemenkumham Sumsel di Hari Lebaran
Silaturahmi dan musafahah (berjabat tangan) terserap ke budaya salam-salaman dari rumah ke rumah, di ruang publik, bahkan di jagat maya dengan fasilitas medsos.
Silaturahmi, memaafkan dan berjabat tangan itu ajaran agama. Berkunjung, anjangsana, dan halal bihalal adalah produk budaya khas Indonesia.
Lebaran mempertemukan nilai dan ajaran agama itu dalam budaya bermaafan tulus antar warga, antar keluarga, antar sesama yang tak terperi.
Setiap orang secara rela dan merelakan dirinya meminta maaf dan memaafkan. Memberi dan membagi. Hanya ada wajah cerah ceria dan bergembira.
Hati yang ikhlas dan mengikhlaskan. Sikap apa adanya dan tak dibuat-buat, jauh dari niat pencitraan. Itu semua terjadi di momen lebaran.
"Saya bisa mengatakan bahwa lebaran --budaya khas Indonesia merayakan hari kemenangan Idul Fitri yang tak ada duanya di dunia-- itu telah menjadi "ruang pertemuan" dan "ruang budaya" yang sarat nilai,"ujar Mastuki dalam artikelnya dikutip pada kemenag.go.id
Lebaran mempertemukan ajaran yang sakral dan budaya yang profan. Antara ushuli dan furu'i. Yang universal dan partikular. Yang kulliyat dan juz'iyat.
BACA JUGA:Tradisi Sanjo Melalui Silaturahmi Lebaran Warga Pulo Gadung Permai dan Kebun Bunga Palembang Terjaga
Lebaran mencontohkan nilai agama yang menyatu ke dalam budaya. Budaya yang menjadi lahan penyemaian nilai agama.
Karenanya, agama dan budaya di Indonesia tak saling bertentangan, bahkan dengan sendirinya saling membutuhkan.