JAKARTA, RADAR PALEMBANG.COM – Ini daftar koreksi harga BBM terbaru mulai 12 Januari 2023, setelah pemerintah melalui Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan penurunan harga menyusul melandainya harga minyak mentah dunia.
Kebijakan koreksi terhadap harga BBM terbaru oleh pemerintah sejalan dengan turunnya harga minyak mentah dunia sejak akhir tahun lalu.
Pada pertengahan Desember 2022, minyak mentah dunia sudah mendekati USD70 per barel. Harga minyak brent sebesar USD77,11 per barel dan West Texas Intermediate US$71,92 per barel.
Kondisi itu pulalah yang membuat Menteri BUMN Erick Thohir mengungumkan penurunan dan koreksi harga BBM.
Tidak hanya Pertamina yang menurukan harga, perusahaan swasta lainnya seperti shel juga melakukan koreksi harga terhadap harga jual BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Untuk produk Pertamina, koreksi harga BBM terbaru mencapai Rp1.100. Sebelumnya pada 3 Januari 2023 lalu, pemerintah juga telah melakukan koreksi terhadap harga BBM.
Menurut Errcik saat itu, pertamina mengambil kebijakan menurunkan harga jual BBM di SPBU lantaran harga minyak mentah dunia juga mengalami penurunan.
“Penyesuaian harga BBM non-subsidi Pertamina hari ini terjadi karena penurunan harga minyak mentah dan produk minyak dunia,” kata Erick Thohir mengutip Instagram @ErickThohir, Rabu (4/1/2023).
BACA JUGA:Apa Kabar BLT UMKM Rp1,2 Juta Tahun 2023? Kapan Cair? Cek Disini
Menurut Erick harga BBM non subsidi akan terus fluktuatif mengikuti tren dan harga pasar internasional.
Pada 12 Januari Pertamina dan perusahaan swasta lainnya, kembali melakukan penyesuaian harga BBM. Daftar harga BBM terbaru itu, untuk semua jenis BBM yaitu Pertamax, Pertamax Turbo, Dex dan Dexlite.
Menukil dari laman disway.id, pada 12 Januari 2023, harga BBM jenis Ron 92 dibandorl sebesar Rp.12.800. Harga ini turun dari dari penyesuain pada 3 Januari 2023 sebesar Rp13.900.
Koreksi itu juga terjadi untuk produk BBM Vivo untuk jenis Revvo 92. Sebelumnya jenis BBM ini dijual seharga Rp 14.000 per liter kini menjadi Rp 12.800 per liter.
BACA JUGA:343 Peserta Lulus Seleksi Administrasi PPPK Pemkot Palembang, Cek Nama Disini
Bagaimana dengan shell? Perusahaan asal Inggris ini mengoreksi hargaBBM produknya menjadi Rp13.030 per liter. Harga itu sama dengan BBM milik BP AKR jenis BP 95.
Sementara itu, Pertamax dan Revvo 92 harga jualnya menjadi Rp 12.800 per liter.
Kondisi yang sama juga terjadi pada BBM dari Revvo 95 yang setara dengan Pertamax Turbo. Sebelumnya, BBM jenis ini dijual seharga Rp 14.600 dikoreksi menjadi 13.600.
Sebandingkah penurunan BBM produk pertamina itu dengan persentase turunnya minyak mentah dunia?
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Alfian Nasution menjelaskan pola perhitungan menaik dan menurunkan harga BBM non subsidi.
BACA JUGA:Sambut Imlek, TK Manggala School Gelar Lomba Mewarnai Anak Kolaborasi dengan Orangtua
Menurutnya, penetapan harga BBM itu tidak semata-mata mengacu pada persentase turun naiknya minyak mentah dunia. Ada factor lain yang juga menentukan seperti Mean of Platts Singapore (MOPS).
Pertimbangan lain dalam menetapkan ahrga BBM adalah, biaya produksi dan distribusi. ‘’Penetapan harga minyak tidak semata-mata mengacu pada crude. Bisa jadi crude turun tetapi harga gasoline dan solar bisa naik,’’ujar.
Sebagaimana diketahui, penurunan harga minyak mentah sudah terjadi sejak September tahun lalu. Pemicu adalah kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global yang akan memangkas permintaan bahan bakar.
Berikut Daftar Harga BBM Terbaru
Solar: Rp 6.800
Pertalite: Rp 10.000
Pertamax: Rp 12.800
Pertamax Turbo: Rp 14.050
Pertamina Dex: Rp 16.750
Dexlite: Rp 16.150
BBM Shell
Shell Super: Rp 13.030
Shell V-Power: 13.180
Shell V-Power Diesel: 16.890
Shell V-Power Nitro + 14.180
Harga Minyak Mentah Indonesia
Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pda 2 Januari 2023, telah mengeluarkan surat keputusan No 2.K/MG.03/DJM/2023 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Desember 2022.
Isu dalam surat keptusan Menteri ESDM itu adalah, Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia pada bulan Desember 2022 sebesar US$76,66 per barel. Angka itu mengalami penurunan sebesar US$10,84 per barel dari US$87,50 per barel pada November 2022. Lihat migas.esdm.go.id
Mengutip dari laman migas.esdm.go.id faktor yang mempengaruhi penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional, adalah antara lain Kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi global.
Ini terindikasi dari Federal Reserve AS melanjutkan kebijakan peningkatan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan Bank Sentral Eropa memutuskan untuk meningkatkan suku bunga di pertengahan Desember 2022.
BACA JUGA:Guru Honorer di Muba Cabuli Anak 11 Tahun, Kasus Predator Anak Kesekian Kalinya di Sumsel
Selain itu, pasokan minyak mentah dunia juga punya andil terhadap turunnya harga minyak mentah dunia.
Hal ini terlihat dari keputusan OPEC+ yang mempertahankan kuota pemangkasan produksi akibat ketidakpastian pasokan minyak mentah dari Rusia. Kebijakan OPEC itu di luar ekspektasi pasar.
Sementara itum pasokan minyak mentah Non OPEC naik sebesar 420 ribu barel per hari di kuartal IV 2022 dibandingkan kuartal sebelumnya.
Permintaan Minyak Dunia
Ada revisi penurunan proyeksi permintaan minyak mentah dunia untuk tahun 2022 sebesar 0,01 juta barel per hari menjadi 99,56 juta barel per hari dibandingkan proyeksi pada bulan sebelumnya.
Ini tertuang dalam OPEC pada Bulan Desember 2022 uang permintaan turun sebesar 600 ribu barel per hari menjadi 99,8 juta barel per hari.
Dalam waktu bersamaan stok minyak produk minyak Amerika Serikat pada bulan Desember 2022 mengalami peningkatan.
BACA JUGA:Usia 65 Tahun ke Atas Bisa Pergi Haji, Kuota 2023 Sebanyak 221 Ribu
Gasoline naik sebesar 9,2 juta barel menjadi 223,0 juta barel, dibandingkan bulan sebelumnya. Distillate naik sebesar 7,6 juta barel menjadi 120,2 juta barel.
Menguatnya nilai tukar Dollar AS dibandingkan mata uang lainnya terutama terhadap Euro merupakan salah satu faktor turunnya harga minyak dunia.
Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah kasus baru Covid-19 di China setelah pelonggaran kebijakan pembatasan diterapkan sehingga menimbulkan kekhawatiran pasar turunnya permintaan minyak mentah dari negara tersebut. (*)