PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM - Dalam catatan Badan Pusat Statistik atau BPS Sumsel terdapat 3 negara yang menguasai pangsa pasar tujuan ekspor Sumatera Selatan.
Data ini mengacu posisi kinerja ekspor Sumsel hingga November 2022 yang dirilis Badan Pusat Statistik atau BPS Sumsel pada Januari 2023.
Ketiga negara dalam catatan Badan Pusat Statistik atau BPS Sumsel ini tampaknya belum tergoyahkan di posisi 3 besar negara yang menerima kiriman barang dari provinsi berjuluk Bumi Sriwijaya ini.
Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Sumsel, Zulkipli, Sabtu 7 Januari 2023 mengatakan pangsa ekspor November 2022 terbesar adalah Tiongkok sebesar USD 278 juta.
BACA JUGA:Ekspor Sumsel di November 2022 Turun 5,7 Persen
Angka ini, jika dibandingkan total ekspor yang dirilis Badan Pusat Statistik atau BPS Sumsel yakni memakan 43 persen dari total ekspor secara nilai di bulan November 2022 lalu.
Diketahui, Badan Pusat Statistik atau BPS Sumsel mencatat nilai ekspor Sumatera Selatan November 2022 mencapai USD 635,35 juta.
Nilai tersebut, menurut Badan Pusat Statistik atau BPS Sumsel turun 5,70 persen dibanding ekspor Oktober 2022, dan jika dibanding November 2021, nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 16,12 persen.
Berlanjut, jika di posisi pertama Tiongkok menguasai pangsa pasar ekspor Sumsel dengan 43 persen, maka berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS Sumsel di posisi kedua dan ketiga ada negara India dan tetangga, Malaysia.
BACA JUGA:Sumsel Ekspor Komoditas Pertanian ke 11 Negara
"India sebesar USD 66,74 juta, dan Malaysia USD 57,68 juta, dengan kontribusi ketiganya, digabung dengan Tiongkok mencapai 63,34 persen,"jelas Zulkipli kepada RadarPalembang.com
Untuk negara lain, ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa masing-masing sebesar 26,45 persen dan 2,92 persen dimana total ekspor November 2022 ke 12 negara utama mencapai USD 565,97 juta atau naik USD 37,12 juta (7,02 persen) dibanding Oktober 2022.
Pada periode Januari–November 2022, Tiongkok tetap merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar dengan nilai USD 2.324,81 juta (33,50 persen), diikuti India dengan nilai USD 848,03 juta (12,22 persen), dan Malaysia USD 538,97 juta (7,77 persen).