PALEMBANG, RADAR PALEMBANG - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)/Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit III Plaju memberikan bantuan kepada kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Barokah Dusun Srinanti II, Desa Sungai Gerong, Kecamatan Banyuasin I.
Adapun bantuan tersebut yakni mesin penggiling limbah tempe untuk budidaya magot sebagai pakan ikan serta peralatan pendukung lainnya.
Maggot atau belatung merupakan larva yang dihasilkan dari lalat Black Soldier Fly (BSF).
BACA JUGA:Menparekraf Puji Teh Ramah Lingkungan UMKM Binaan Kilang Pertamina Plaju Jadi Souvenir G20
Maggot dapat menjadi pilihan pakan bagi ternak terutama ikan.
Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Pertamina Plaju, Siti Rachmi Indahsari menyebut pemberian bantuan berupa mesin penggiling limbah tempe bertujuan untuk memberikan alternatif pakan bagi magot yang nantinya akan menjadi makanan bagi ikan yang dibudidaya oleh peternak.
"Kami ingin mitra binaan bisa berfokus pada peningkatan produksi ternak. Jangan lagi dipusingkan dengan harga pakan yang mahal sehingga dengan adanya bantuan ini peternak bisa meminimalisir pengeluaran untuk pembelian pakan," ujarnya.
Selama ini limbah tempe dari pengrajin tempe di Plaju Ulu tidak termanfaatkan. Setiap harinya tercatat ada 143 kg limbah industri tempe yang terbuang sia-sia dan menjadi masalah lingkungan.
BACA JUGA:Agar Naik Kelas Pertamina Himbau UMK Untuk Gunakan Teknologi Tepat Guna
"Lewat pemanfaatan limbah tempe untuk pakan maggot, pengrajin tempe pun tak lagi resah dengan masalah pembuangan limbah. Apalagi pokdakan barokah bersedia menjadi pengolah limbah tersebut. Ini win win solution," jelas Rachmi.
Ketua Pokdakan Barokah, Sukamto, mengatakan sejak merintis budidaya ikan pada 2011 lalu dia hanya memberikan pakan dengan bahan yang dijual bebas di pasaran. Banyaknya jumlah pakan yang disediakannya juga berimbas pada tingginya biaya operasional budidaya ikan.
Saat telah bergabung di kelompok pembudidaya ikan mulai 2018 lalu, bersama sembilan anggota kelompoknya pun belum mencari peluang pakan jenis baru.
"Dari awal beli bibit lele atau ikan lain. Belum lagi ongkos lainnya. Kalau tidak ada pakan alternatif ya bisa membengkak biayanya," katanya.
BACA JUGA:Klaim Efisien Operasional Kilang Pertamina Rendah
Dia menambahkan, dengan adanya bantuan mesin penggiling ini akan membantu dalam penghalusan pakan untuk maggot. Bukan itu saja, biaya operasional pun bisa lebih dipangkas sebab pasokan limbah tempe didapatnya dengan cuma-cuma alias gratis.
Di sisi lain, Sukamto pun berharap hasil panen ikannya dapat terus meningkat dari sebelumnya yakni setiap kali panen dalam satu bulan bisa mendapatkan 100 kg ikan.
"Mewakili kelompok saya berterima kasih atas bantuan ini. Mesin penggiling ini akan sangat bermanfaat karena kami bisa mengolah limbah menjadi pakan maggot dengan biaya yang murah," terang Sukamto.
Selaras SDGS - ESG
Upaya Kilang Pertamina Plaju dalam memberikan bantuan mesin giling untuk pakan maggot selaras dengan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), yakni tujuan kedua dalam yakni memelihara keanekaragaman genetika benih, mengolah tanaman dan persawahan serta melestarikan hewan jinak dan spesies liar yang terkait, termasuk melalui bank benih dan tumbuhan yang dipelihara dengan baik keragamannya.
Selain itu, sesuai dengan target 8.3 yakni menggalakkan kebijakan pembangunan yang mendukung kegiatan produktif, penciptaan lapangan kerja layak, kewirausahaan, kreativitas dan inovasi, dan mendorong formalisasi dan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk melalui akses terhadap jasa keuangan.
Tak hanya itu, program yang telah dijalankan bersesuaian dengan tujuan ke-12 tentang Pola Produksi dan Konsumsi yang Berkelanjutan yakni pada poin kedua yaitu mengurangi produksi limbah melalui pencegahan, pengurangan dan daur ulang dan
penggunaan kembali.
Dengan demikian pula, Kilang Pertamina Plaju telah berhasil menjaga hubungan sosial dengan masyarakat melalui pemenuhan aspek Social sesuai kriteria ESG (Environmental, Social, & Governance) dalam menciptakan masyarakat tangguh lewat program pemberdayaan ekonomi.