RADAR PALEMBANG - Derita petani karet di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Provinsi Sumatera Selatan, saat ini kian bertambah. Pasalnya, selain diterpa harga getah karet yang alami penurunan serta harga bahan pokok yang mencekik, derita petani karet diperparah dengan cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini.
Yang lebih terasa dan menambah derita petani karet PALI adalah kerapnya hujan yang turun di pagi hari. Serta apabila cuaca cerah, suhu pun naik drastis membuat daun tanaman karet kembali gugur.
Kala hujan turun di pagi hari aktivitas petani karet lumpuh. Itu artinya petani tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Saat panas pun, daun karet gugur berakibat getah yang dikeluarkan sedikit.
BACA JUGA:Kuota Jargas Untuk Sekayu Bertambah 2.500 Sambungan Baru, Upayakan Merata di Seluruh Muba
"Hujan merupakan suatu anugrah yang diturunkan Tuhan, tapi tidak bagi kami kalau turunnya di pagi hari," ucap Chandra, salah satu petani asal Talang Ubi, Rabu (27/7/22).
Cuaca yang tidak menentu inilah menurut pria yang telah memiliki dua orang anak itu merupakan musibah yang menambah penderitaannya ditengah himpitan kondisi ekonomi saat ini.
"Kami terpaksa harus mengencangkan ikat pinggang atau berhemat agar pendapatan bisa cukup memenuhi kebutuhan hidup. Tapi kadang kami terpaksa berutang ke tetangga agar kami bisa makan karena penghasilan yang didapat tidak mencukupi," katanya lesu.
Sama halnya diutarakan Sakim, petani karet lainnya yang mengaku pendapatannya kali ini kembang kempis akibat cuaca tidak menentu. "Penghasilan kami hanya cukup beli beras dan bumbu dapur. Untuk lauknya, kadang kami mencari pucuk daun yang bisa dimakan lantaran produksi getah kami sangat minim," keluhnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten PALI, Ahmad Jhoni menyarankan agar petani jangan terpaku hanya pada tanaman karet. Sehingga dikatakan Ahmad Jhoni ketika pohon karet tidak bisa disadap atau harganya merosot, perekonomian petani bisa ditopang dengan adanya penghasilan lain.
Menurut Ahmad Jhoni banyak cara dilakukan petani mendapatkan penghasilan sampingan dengan mudah. "Misalnya memanfaatkan pekarangan rumah dengan ditanami pohon cabai atau sayuran. Hal itu akan membantu perekonomian petani apabila tanaman di pekarangan rumah sudah menghasilkan," saran Ahmad Jhoni mencontohkan.
BACA JUGA:Toyota Tambah Investasi di Indonesia, Tiga Tahun Rp14 triliun
Dikemukakan Ahmad Jhoni, Pemerintah Kabupaten PALI dalam membantu petani telah meluncurkan berbagai program yang bertujuan meningkatkan perekonomian petani, terlebih pasca pandemi Covid-19.
"Ada program kampung hortikultura, kampung buah dan kampung anggur. Pada program itu, pemerintah dalam merangsang pemanfaatan pekarangan rumah membagikan bibit untuk ditanam," terangnya.
Bukan hanya dari Pemerintah Kabupaten PALI, Ahmad Jhoni juga menyatakan bahwa ratusan kepala keluarga di wilayah yang menjadi lingkup ruang kerjanya telah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
BACA JUGA:Airlangga Pamer Ekonomi Indonesia di G20 , Cadangan Devisa Oke Ekspor Kinclong
"Dari Provinsi juga meluncurkan program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP). Dalam hal ini, di PALI ada ratusan keluarga yang menerima bantuan bibit tanaman, hewan ternak berikut dengan pakannya," imbuhnya.
Tak hanya sampai disitu, Ahmad Jhoni juga menyebut bahwa Pemerintah Kabupaten PALI melalui Dinas Pertanian berupaya menarik anggaran dari pemerintah pusat untuk memperjuangkan peningkatan taraf hidup petani.
"Baru-baru ini, ribuan petani yang tergabung dalam kelompok tani mendapat bantuan bibit tanaman, pupuk kemudian bantuan program UPPO atau unit pengelolaan pupuk organik," tambahnya lagi.
Pada program UPPO, dijabarkan Ahmad Jhoni bahwa petani mendapat bantuan sapi 8 ekor berikut kandang, kendaraan roda tiga untuk mencari rumput dan mesin pencacah rumput. "Program UPPO dan bantuan bibit serta pupuk didapat dari APBN. Harapan kami, semua program yang telah diterima petani dimanfaatkan dan dikelola dengan baik supaya bisa menjadi petani mandiri dan sejahtera," harapnya. (whr)