BRICS Aliansi Kekuatan Ekonomi 5 Negara Berkembang, Dapat Saingi Uni Eropa, Adakah Indonesia di Dalamnya?

BRICS Aliansi Kekuatan Ekonomi 5 Negara Berkembang, Dapat Saingi Uni Eropa, Adakah Indonesia di Dalamnya?

BRICS yang merupakan Aliansi dagang dari 5 negara berkembang yang dapat menyaingi Uni Eropa dan juga Amerika--

Tercatat per 1 Januari 2024 Uni Emirat Arab dan Arab Saudi secara resmi menjadi anggota dari BRICS, kemudian beberapa negara berkembang seperti Algeria, Argentina, Iran dan beberapa negara berkembang lain termasuk Indonesia mulai ada wacana untuk dapat bergabung ke aliansi tersebut.

Pada bulan Mei 2023 Rusia juga melonggarkan visa untuk warga Indonesia dan hubungan akrab Indonesia untuk persediaan peralatan tempur yang sebagian besar dipasok oleh Rusia.

Tapi hingga saat ini Indonesia masih tetap kokoh dengan prinsip negara non-blok bebas aktif yang tidak memihak terhadap aliansi negara manapun.

Dasar pertimbangannya karena Indonesia masih mempunyai hubungan akrab dengan negara pesaing aliansi BRICS seperti Amerika Serikat, Eropa dan para sekutunya.

Wakil ketua DPR Rusia, Alexander Babakov mengatakan jika negara BRICS sedang mengembangkan mata uang baru yang di perkenalkan pada pertemuan anggota BRICS di Afrika Selatan pada bulan Agustus 2023.

Namun hingga Januari 2024 saat ini mata uang negara gabungan BRICS belum resmi diluncurkan, dimana saat ini mata uang tinggi dalam aliansi ini tetap dipegang oleh mata uang China yaitu Yaun.

BACA JUGA:Jual Produk Impor China Jadi Peluang Bisnis Terlaris di Tahun 2024, Buruan Sebelum Keduluan Seller Lain

Jika mata uang BRICS benar-benar diluncurkan, maka akan sama seperti mata uang Uni Eropa yaitu Euro dan akan menjadi mata uang internasional yang digunakan banyak negara besar untuk perdagangan internasional antar negara.

Baik disenagja ataupun tidak, rencana pembuatan mata uang BRICS sendiri bertepatan dengan melemahnya mata uang US Dollar yang mana pada tahun 2023 mengalami banyak tekanan.

Mulai dari Bank besar di Amerika yang bangkrut, hingga rencana Bailout dari pemerintah Amerika, hingga  mencetak banyak US Dollar untuk meredam potensi krisis perbankan. 

Tentunya hal ini akan membuat nilai mata uang Dollar menjadi lemah karena kehilangan kepercayaan dari negara luar, karena jumlahnya yang terlalu banyak tentunya akan  mempengaruhi daya beli dari Dollar tersebut.

Meskipun hingga saat ini mata uang BRICS masih dalam bentuk wacana, tetapi mata uang BRICS menjadi ancaman untuk mendominasi dollar yang selama sudah dominan menguasai perdagangan dunia.

Dimana 58 persen cadangan devisa yang disimpan oleh negara di dunia adalah dalam bentuk dolar Amerika dan Dolar Amerika merupakan mata uang paling utama yang digunakan pada perdagangan dunia.

Yang menjadi masalah adalah ketika seluruh dunia sangat bergantung dengan nilai mata uang satu negara, maka risikonya adalah pengaruh negatif dari ekonomi Amerika yang dapat sangat berdampak pada negara lain yang sedang baik-baik saja.

BACA JUGA:Pinjol Jadi Penghambat Kemajuan Ekonomi Indonesia? Total Pinjaman Capai Rp 51 Triliun Lebih di 2023

Sumber: