Pengamat Ini Ungkap Keuntungan Fantastis Rel Trans Sumatera Jika jadi Dibangun, Singgung Penghasilan LRT
![Pengamat Ini Ungkap Keuntungan Fantastis Rel Trans Sumatera Jika jadi Dibangun, Singgung Penghasilan LRT](https://radarpalembang.disway.id/upload/3c1e674d7690861997880293bcbfd01c.jpg)
Pengamat Kebijakan Publik Bambang Haryo Soekartono mengungkapkan keuntungan luar biasa dari rel Trans Sumatera aat meninjau operasional kereta api Stasiun Kertapati, Kota Palembang.-septa/radarpalembang.disway.id-
PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM – Rel Trans Sumatera memiliki potensi keuntungan yang fantastis dari sisi finansial.
Saat ini, Trans Sumatera sudah terhubungkan separuh dari panjang rel yang telah dibangun di zaman Hindia Belanda, dan masih sekitar 1.300 kilometer yang belum terhubungkan rel kereta api dari sekitar 3.500 kilometer panjang rel Trans Sumatera.
Menurut Bambang Haryo Soekartono, Pengamat Kebijakan Publik, dengan potensi yang dimiliki jalur rel Trans Sumatera, harusnya menjadi skala prioritas atau utama untuk pembangunan di wilayah Sumatera.
Bambang memaparkan, untuk membangun 1.200 kilometer membutuhkan biaya sekitar Rp 10-20 triliun dengan harga per kilometernya rel rata rata sekitar Rp 8-15 miliar, karena wilayah Sumatera sebagian merupakan tanah gambut.
BACA JUGA:Bambang Haryo : Jaga Pemulihan Ekonomi Dalam Negeri!
Harga tersebut setara dengan biaya pembangunan LRT di Palembang sebesar Rp 10,8 triliun yang hingga saat ini hanya menghasilkan pendapatan Rp 15 miliar satu tahun,“ imbuhnya saat meninjau operasional kereta api Stasiun Kertapati, Kota Palembang, Sabtu 5 Agustus 2023.
Alumni ITS Surabaya ini juga mengatakan, contohnya angkutan kereta api di jalur Palembang – Lampung, dengan jarak sekitar 230 kilometer saat ini sudah mengoperasikan 3 rangkaian kereta penumpang, setiap rangkaian terdiri dari 10 gerbong penumpang dengan kapasitas 60 tempat duduk per gerbong yang total menghasilkan per tahunnya sekitar Rp 50 miliar, dengan asumsi setiap keberangkatan load factor rata rata sekitar 70 persen.
Dan, di lintas tersebut juga mengoperasikan 60 rangkaian kereta barang per hari, yang setiap rangkaian kereta terdiri dari 61 gerbong barang yang bermuatan 50 ton setiap gerbong, sehingga per harinya terangkut sekitar 186 ribu ton barang (data dari KAI Pusat dan Sumatera Selatan).
Apalagi keberangkatan dari Palembang juga ada yang menuju ke Lubuklinggau arah utara Palembang yang berjarak sekitar 300 kilometer, dengan jumlah rangkaian kereta penumpang dan barang jauh lebih besar daripada yang menuju ke Lampung.
BACA JUGA:Terlalu di Manja Subsidi Besar, Bambang Haryo : Pertamina Harus Diaudit
Load factor kepadatan rangkaian ini masih bisa di maksimalkan dengan penambahan rangkaian kereta api di jalur tersebut, dan ini jelas bisa berfungsi untuk memindahkan kepadatan jalan raya di angkutan penumpang dan logistik.
"Tentunya juga bisa menghemat biaya kerusakan infrastruktur akibat angkutan ODOL serta mengurangi jumlah kecelakaan di jalan raya, dan juga bisa menumbuhkan ekonomi secara cepat karena dihidupkannya transportasi super massal penumpang dan logistik kereta api,“ kata anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.
Menurut Bambang, ini tentu jauh lebih efektif dibandingkan dengan membangun kereta api cepat atau LRT yang hanya mengangkut penumpang saja dalam jumlah kecil yang kurang bermanfaat, untuk pembangunan ekonomi dan malah menggerus APBN.
Kereta api reguler (biasa) berbasis rel dinilai mampu menghidupkan perekonomian dengan mengangkut penumpang dan logistik (barang) dengan jumlah besar/massal, sehingga dengan kuantitas yang besar angkutan penumpang dan logistik bisa menumbuhkan dan menghidupkan perekonomian di wilayah Sumatera. (*)
Sumber: