RASULULLAH DAN SEPULUH MALAM TERAKHIR RAMADHAN
Ustadz Zakiudin Kepala SDIT Alfurqon--
Tapi kita malah sebaliknya, disepuluh malam terakhir kita malah lalai dengan urusan dunia, sibuk mempercantik rumah, masak kue dan sebagainya bahkan terbuang waktu hanya ke mall mencari baju dan sepatu baru untuk hari raya.
Akhirnya terkadang shaf-shaf di masjid malah semakin maju, jamaahnya mulai berkurang kadang tinggal hanya imam dan golongan tua saja.
Selain puasa di bulan Ramadhan, ada juga amalan sunnah yang sangat bagus untuk kita lakukan yaitu I’tikaf di masjid. Bahkan pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan kita dianjurkan memperbanyak ibadah di Masjid.
Namun sangat disayangkan banyak masyarakat kita salah dalam memaknai I’tikaf ini. Ada yang hanya berpindah tempat tidur saja dari rumah ke masjid dan bahkan ada yang sampai membawa alas tidur ke masjid.
Padahal yang dimaksud dengan I’tikaf adalah kita berdiam diri di masjid dalam rangka meningkatkan ibadah-ibadah kita kepada Allah SWT seperti memperbanyak shalat sunnah di masjid, mengkhotamkan atau menghafalkan Al Qur’an bahkan berusaha meningkatkan diri untuk menunggu Azan artinya shalat berjamaah kita senantiasa tepat waktu.
I'tikaf harus dilakukan di masjid dan lebih utama dilakukan pada seppuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana yang tercantum pada sebuah hadits: Dari Ubay bin Ka’ab dan A’isyah, Rasulullah saw beritikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, hingga Allah menjemputnya (wafat).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَ ه للَُّ عَنْ هَا قَالَتْ أَ ه ن اَلنه هِ بِ صلى الله عليه وسلم كانَ ي عَْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلَْْوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَهتَّ تَ وَفهاهُ اَ ه للَُّ, ثُُه اعْ تَكَفَ
أَزْوَاجُوُ مِنْ ب عَْدِهِ )مُته فَقٌ عَلَيْوِ (
Artinya : Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau di wafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ada beberapa keutamaan I’tikaf di bulan Ramadhan. Yang pertama menyambut malam Lailatul Qadr. Tujuan utama I’tikaf adalah dengan niat hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Karena di malam-malam ganjil akhir Ramadhan ada Lailatul Qadr maka I’tikaf yang dilakukan bertujuan untuk meraih malam tersebut. Yang kedua meningkatkan ladang pahala kita dihadapan Allah SWT.
Karena dengan berdiam dirinya kita di dalam masjid dalam rangka meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah maka tidak hanya ibadah wajib saja yang dapat kita laksanakan namun ibadah-ibadah sunnah pun bisa kita laksanakan. Yang ketiga melaksanakan sunnah Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada kita umat Islam bahwa semakin akan berakhirnya Ramadhan beliau semakin mendekatkan dan meningkatkan dirinya kepada Allah SWT, padahal beliau sudah dijamin mahsum (terhindar dari kesalahan) dan dijamin masuk Syurga.
Sedangkan kita belum ada jaminan apapun namun kita sering bosan untuk menggapai rahmat dan ampunan Allah SWT. Allahu a’lam.
Sumber: