Indonesia Mau Jadi Pusat Ekonomi Syariah Dunia? Perbaiki Dulu 15 Indikator ini
RADAR PALEMBANG - Indonesia berpotensi besar menjadi pusat ekonomi syariah dunia mengingatkan merupakan negara berpenduduk muslim terbesar. Untu mewjudkan itu, Indonesia harus memperbaiki indeks Global Islamic Economy Indicator untuk ekonomi syariah.
Untuk mewujudkan Indonesia pusat ekonomi syariah dunia perlu strategi dan terobosan yang tepat sasaran. Jika itu tercapai maka ekonomi syariah mampu berkontribusi lebih besar lagi terhadap perekonomian nasional.
Menurut Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso ada 15 poin dalam 15 Global Islamic Economy Indicator. Indikator itu terdiri dari sektor Keuangan Islami, Makanan Halal, Pariwisata Ramah Muslim, Fesyen Islami, Obat-obatan dan Kosmetik Halal. Kemudian juga adalam dalam 15 idikator itu Media dan Rekreasi.
BACA JUGA:Beli Minyak Goreng Curah Pakai Aplikasi PeduliLindungi, LBP Beberkan Alasannya
Posisi Indonesia masih belum naik signifikan jika berbanding dengan negara-negara muslim lain di dunia. Perlu kerja keras untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia.
Pada tahun 2022, dalam ekonomi syariah posisi Indonesia di tahun ini hanya mengalami peningkatan di indikator makanan halal yakni dari peringkat 4 ke peringkat 2. Sedangkan pada indikator lainnya, posisi Indonesia masih stagnan.
Pada indikator Keuangan syariah dan Fesyen Islami malah mengalami penurunan peringkat. Begitu juga dengan indikator pada sektor Pariwisata, Farmasi dan Kosmetik, serta Media dan Rekreasi syariah.
‘’Tak hanya mengenai skema pembayaran ekonomi syariah, yang terpenting adalah dalam sektor riil syariah yang pengembangannya masih jauh dari yang kita harapkan,''ungkap Susiwijono Moegiarso dalam acara 1st National Seminar “Embracing Islamic: Economics Development as a way Towards Strong, Sustainable, and Inclusive Growth” sebagai mana tertulis dalam siaran pers Kemenko Perekonomian, Sabtu 25 Juni 2022.
BACA JUGA:94 Negara Terancam Krisis Pangan,Indonesia Termasuk? Begini Penjelasannya
Masih perlu banyak usaha ke depan yang terkait industri halal agar Indonesia jadi pusat ekonomi syariah dunia tercapai. Caranya, dengan memperbaiki 15 indikator ekonomi Islam dunia.
Berdasarkan data dari OJK pada Mei 2021, untuk market share saham syariah dan sukuk korporasi terus mencatatkan peningkatan dan masih dapat terus diperluas lagi. Untuk market share dan nilai aktiva bersih reksadana syariah mencatatkan penurunan year-to-date.
Indonesia mempunyai visi menjadi pusat ekonomi syariah terkemuka dunia, dan untuk meraih hal tersebut harus dilakukan dua cara, yakni penguatan Program Ekonomi dan Keuangan Syariah, serta melakukan Bauran Kebijakan Ekonomi Syariah untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing usaha, pembiayaan syariah UMKM dan sektor prioritas, dan peningkatan literasi ekonomi syariah.
Pemerintah, jelas Sesmenko Susiwijono, mempunyai komitmen dan sedang menyiapkan beberapa kebijakan dan program terbaru terkait ekonomi syariah, terutama untuk Kemenko Perekonomian yang diberikan amanah mengoordinasikan kebijakan di sektor riil, misalnya tentang industri halal.
BACA JUGA:Permintaan Global Tinggi, Kopi Jadi Primadona Agribisis
“Untuk program-program ke depannya, dengan melihat potensi yang ada, juga kesungguhan semua kementerian/lembaga terkait ekonomi syariah, dan kesiapan infrastruktur negara kita, maka harapannya Indonesia akan mampu jadi pusat ekonomi dan keuangan syariah terbesar di dunia,” jelas Sesmenko Susiwijono.
Sesmenko Susiwijono melanjutkan, Pemerintah sedang mendorong pengembangan beberapa Kawasan Industri Halal (KIH), misalnya Halal Modern Valley di Cikande, KIH Safe & Lock Sidoarjo dan KIH Bintan Inti Halal Hub. Pada 2022 ini, sedang diusulkan pemberian insentif bagi pelaku industri halal, kemudian pembentukan KIH bekerja sama dengan halal park luar negeri, serta mengembangkan SDM dan riset kebutuhan industri halal.
Selanjutnya, di 2023 akan diintegrasikan ekonomi digital dan pemanfaatan jasa keuangan syariah, dan untuk di 2024 akan disiapkan Global Halal Hub Indonesia, lalu ditargetkan KIH akan masuk dalam peringkat Global Islamic Economy Indicator, dan akan dilakukan juga analisis dampak KIH melalui penghitungan Indeks Kesejahteraan Masyarakat. (yui)
Sumber: