Masih Turun Hujan saat Musim Kemarau, Ternyata Ini Penyebabnya
Turunnya hujan saat musim kemarau dikenal sebagai fenomena 'kemarau basah' yang disebabkan oleh banyak faktor--
RADARPALEMBANG.ID - Turunnya hujan saat musim kemarau dikenal sebagai fenomena 'kemarau basah' yang disebabkan oleh banyak faktor.
Memasuki musim kemarau seperti saat ini faktanya di beberapa daerah masih terjadi hujan seperti yang terjadi di Kota Palembang. Fenomena ini dikenal dengan istilah 'kemarau basah'
Mengutip dari laman bmkg.go.id, Kemarau basah adalah kondisi ketika hujan masih turun secara berkala pada musim kemarau, atau disebut juga sebagai kemarau yang bersifat di atas normal.
Biasanya, musim kemarau di Indonesia identik dengan cuaca panas dan minim hujan. Namun, dalam kemarau basah, intensitas hujan masih tergolong tinggi meski frekuensinya menurun.
BACA JUGA:PLN Gerak Cepat Pulihkan Listrik Pasca Hujan Badai di Palembang, Layanan Kembali Normal dalam 6 Jam
BACA JUGA:Bahaya! Jangan Pilih Jas Hujan Ponco Saat Berkendar, Lebih Baik Gunakan Setelan, Ini Alasannya
Umunya kemarau basah disebabkan banyak faktor mulai dari dinamika atmosfer hingga La Nina seperti yang pada kemarau basah yang terjadi di Indoensia pada 2025 ini
La Nina sendiri adalah fenomena pendinginan suhu laut di Pasifik tengah yang bisa meningkatkan curah hujan di Indonesia, khususnya di wilayah dengan perairan hangat.
Musim kemarau tahun ini diperkirakan datang normal atau sedikit lebih lambat di 409 Zona Musim (ZOM), dengan curah hujan sebagian besar masih dalam kategori normal.
BMKG menyebutkan bahwa sebagian wilayah Indonesia saat ini mengalami kemarau basah, yaitu kondisi hujan masih turun meski telah memasuki musim kemarau.
BACA JUGA:Waspada! Palembang Bakal Sering Terjadi Hujan Petir, Ini Cara Agar Tidak Jadi Korban Sambaran
Fenomena kemarau basah ini diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025, diikuti masa transisi (pancaroba) pada September–November, dan musim hujan mulai Desember 2025 hingga Februari 2026.
Sebanyak 403 Zona Musim (ZOM) atau 57,7 prsen wilayah diprediksi mulai kemarau pada April–Juni 2025, dengan Nusa Tenggara mengalami kemarau lebih awal.
Sumber:


