BANNER PEMUTIHAN PAJAK
Banner Honda PCX 160 2025

Mengenal Tradisi Malam 1 Suro dan Maknanya Bagi Masyarakat Jawa, Jatuh Pada 25 Juni 2025

Mengenal Tradisi Malam 1 Suro dan Maknanya Bagi Masyarakat Jawa, Jatuh Pada 25 Juni 2025

pengertian malam 1 suro serta maknanya bagi masyarakat Jawa yang jatuh pada 25 Juni 2025--

Pada tahun 931 H atau 1443 tahun baru Jawa yaitu pada masa kerajaan Demak, Sunan Giri II melakukan perubahan antara sistem penanggalan Hijriyah dengan sistem penanggalan Jawa pada masa itu.

BACA JUGA:Yang Antik di Galeri Thayang, Tepak Sirih Simbol Penghormatan dan Penghargaan, Tradisi Adat Melayu Hingga Kini

BACA JUGA:5 Tips Menarik Keberuntungan Saat Bulan Hantu di Tradisi Masyarakat Tionghoa Tiba

Saat itu, Sultan Agung menginginkan persatuan rakyatnya untuk menyerang Belanda di Batavia, termasuk keinginan untuk mempersatukan Jawa.

Itu sebabnya dia ingin umatnya tidak terpecah belah, terutama karena keyakinan agama.

Sultan Agung Hanyokrokusumo ingin mempersatukan golongan Santri dan Abangan. Laporan pemerintah daerah disiapkan selama hari Jumat, sementara bupati membuat pernyataan, serta pemakaman dan transportasi ziarah ke makam Ampel dan Giri.

Oleh karena itu, tanggal 1 Muharram (1 Suro Jawa) yang dimulai pada hari Jumat Agung juga sakral, bahkan dianggap sial jika menggunakan hari ini untuk hal lain selain mengaji, haji, dan transportasi.

Tradisi Pada Malam Satu Suro

Terkait erat dengan budaya Jawa, Malam Satu Suro biasanya merupakan ritual adat, arak-arakan kelompok masyarakat, atau karnaval.

Beberapa daerah di Jawa menjadi tempat perayaan malam Suro. Misalnya di Solo, pada perayaan malam pertama suro ada hewan khas bule yang disebut kebo (kerbau).

Bule Cebu menjadi salah satu daya tarik warga untuk menyaksikan perayaan malam pertama Suro dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat.

Kebo Bule Kyai Slamet. Bukan sembarang kerbau, karena hewan ini merupakan warisan penting keraton.

Berbeda dengan perayaan di Solo, perayaan malam Suro pertama di Yogyakarta biasanya selalu identik dengan membawa keris dan pusaka sebagai bagian dari prosesi kirab.

Pelataran istana, beberapa kekayaan alam berupa gunung berbentuk kerucut, dan pusaka menjadi sajian istimewa dalam pawai kirab, yang biasa dibuat sesuai tradisi Suro One Night (Malam satu suro).

Merayakan tradisi satu suro sebagai peringatan Satu Malam berfokus pada kedamaian dan keamanan batin. Maka dari itu, malam pertama suro biasanya selalu diselingi dengan ritual doa yang dibacakan oleh semua yang hadir untuk merayakannya.

Ini dimaksudkan untuk mendapatkan berkah dan menangkal kemalangan. Selain itu, masyarakat Jawa biasanya berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbuat kebaikan selama bulan suro tersebut.

Sumber:

Berita Terkait