Budidaya Maggot Sebagai Pakan Ikan, Modal WBP Setelah Bebas
Terselenggaranya pelatihan ini menjadi langkah solutif agar sistem pengelolaan sampah di rutan bisa memberi nilai tambah dengan budidaya maggot yang bernilai jual tinggi. Maggot sendiri adalah tahap proses larva dari masyarakat yang lebih dikenal sebagai belatung.
Proses maggot ini biasa ditemukan pada barang-barang yang membusuk seperti bangkai, buah, atau sayur-mayur yang rusak. Meskipun begitu, maggot merupakan pakan ternak yang bernilai unggul karena kandungan beberapa nutrisi di dalamnya baik untuk ternak. Dalam tubuh maggot terkandung asam amino dan protein sebesar 40%.
Harapan Masa Depan
Para WBP tampak antusias sejak pelatihan gelombang pertama tentang pengelolaan sampah yang digelar 8-9 Juni lalu, dimana instruktur mendemonstrasikan pemilahan sampah basah dan kering. Para WBP dibangun kesadaran untuk mencintai lingkungan dan mendaur ulang sampah agar bisa menjadi barang ekonomis.
Salah satu WBP berinisial W mengaku senang dan optimis melihat masa depan berkat ilmu yang didapat setelah pelatihan itu. “Kami pengen sekali hidup dengan masa depan yang lebih baik selepas ini, ilmu-ilmu ini sangat bermanfaat dan akan kami praktekkan sejak dalam Rutan,” ucapnya.
Pasca pelatihan itu, kini sudah terbentuk Kelompok Bank Sampah yang secara khusus bertugas mengelola sampah anorganik serta Kelompok Budidaya Maggot yang mengelola sampah organik di Rutan.
A, WBP lainnya nampak sangat antusias saat didapuk jadi Ketua Kelompok Bank Sampah di Rutan Kelas I Palembang pasca pelatihan itu. Ia terinspirasi untuk membuka usaha pengelolaan sampah setelah dibebaskan sebagai masyarakat nanti. “Kalau dicoba, ini peluang bisnisnya bagus juga,” katanya.
Kedepan, maggot hasil budidaya di Rutan ini akan digunakan sebagai pakan ikan lele, gurame, dan nila yang dibudidayakan melalui media biofloc, sementara sampah anorganik akan dijual, bekerjasama dengan Bank Sampah Indonesia - Eco Green House sebagai induk bank sampah di Kota Palembang.
Sumber:



