PALEMBANG, RADARPALEMBANG.ID - Kantor Bank Indonesia Perwakilan Sumsel (BI Sumsel) menyebut inflasi beras berasal dari kurangnya pasokan dan mulai masuki musim tanam.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perkembangan harga barang dan jasa di Sumatera Selatan pada Juni 2025 mengalami inflasi sebesar 2,44% (year on year/YoY).
Salah satu komoditas yang menjadi pendorong utama inflasi tahunan pada Juni 2025 yakni beras.
"Peningkatan harga beras disebabkan oleh berkurangnya pasokan,"kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan (BI Sumsel), Bambang Pramono, dalam keterangan resminya yang diterima radarpalembang.id, Kamis 3 Juli 2025.
BACA JUGA:Sumsel Inflasi 2,44 persen YoY di Juni 2025, BPS Sebut Emas Perhiasan dan Beras Penyumbang Tertinggi
Kondisi tersebut, sambung dia, seiring dimulainya periode musim tanam, yang berdampak pada menurunnya ketersediaan beras di pasar.
Namun demikian, lanjut dia, panen raya padi yang diperkirakan berlangsung pada Agustus hingga Oktober 2025.
"Saat masa panen raya padi di Agustus hingga Oktober 2025 diharapkan dapat kembali menyeimbangkan pasokan dan meredakan tekanan harga," ujar dia.
Provinsi Sumatera Selatan mencatatkan inflasi pada Juni 2025 sebesar 0,08% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Sumsel juga menunjukkan tren peningkatan menjadi 2,44% (yoy) dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,33% (yoy), tetap berada dalam rentang sasaran inflasi nasional sebesar 2,5±1%.
Perkembangan tersebut juga sejalan dengan inflasi nasional yang juga meningkat menjadi sebesar 1,87% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,60% (yoy).
Kenaikan inflasi pada bulan laporan terutama disebabkan oleh peningkatan harga pada beberapa komoditas strategis, antara lain beras, daging ayam ras, emas perhiasan, cabai rawit, dan telur ayam ras dengan andil (mtm) pada setiap komoditas secara berturut-turut adalah sebesar 0,08% (mtm), 0,06% (mtm), 0,05% (mtm), 0,03% (mtm), dan 0,03% (mtm).