Tramadol bisa diberikan dalam bentuk obat telan (oral), suntikan di bawah kulit (subkutan), melalui otot (intramuscular), dan lewat pembuluh darah (intravena dan parenteral.
Untuk suntikan intravena biasanya diberikan perlahan dan berjarak, untuk mencegah mual dan disfungsi ginjal.
BACA JUGA:Waspadai Komplikasi Diabetes pada Mata, Bisa Picu Kebutaan
Apakah Tramadol Masuk Golongan Narkoba?
Dikutip dari laman Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatra Utara, tramadol digolongkan sebagai narkoba.
Obat ini bekerja dengan mengubah respon otak saat merasa sakit. Efek ini mirip hormon endorfin yang diproduksi tubuh.
Endorfin mengurangi rasa sakit, memberi perasaan senang (euforia), meredakan stres, dan meningkatkan suasana hati.
Endorfin secara alami bisa dihasilkan saat melakukan aktivitas intens, misal olahraga.
![](data:image/svg+xml;charset=utf-8,<svg height="360px" width="336px" xmlns="http://www.w3.org/2000/svg" version="1.1"/>)
Obat tramadol masuk dalam kelas agonis opiod yang digunakan dalam manajemen nyeri dan anastesi.
Tramadol menjadi sorotan setelah kerap disalahgunakan para artis, yang kemudian diketahui terlibat narkoba.
BACA JUGA:Apakah Teh Hijau Bisa untuk Diet? Kapan Sebaiknya Diminum?
Efek Samping Tramadol
Menurut National Health Service, berikut efek samping dari penggunaan obat tramadol:
1. Sakit kepala
Pastikan kamu beristirahat yang cukup dan minum banyak cairan. Hindari mengonsumsi minuman beralkohol dengan tramadol. Hal itu akan memberikan efek samping, seperti mengantuk.
Rasa sakit kepala biasanya akan hilang setelah minggu pertama menggunakan tramadol. Bicaralah dengan dokter jika sakit kepala berlangsung lebih lama dari seminggu atau semakin parah.