Berawal dari peristiwa tabrak lari yang dialami sang ayah. Saat itu, Johannes tercatat sebagai mahasiswa semester V di Fakultas MIPA Jurusan Matematika Universitas Sriwijaya.
Kritis. Semua panca-indra mengeluarkan darah. Johannes sekeluarga pun pasrah. Meski demikian, Johannes tetap berpikir. Ia bertekad harus menyelesaikan kuliahnya. Harus mampu mengambil peran ayahnya yang tengah terbaring. Meski satu bulan kemudian sembuh, Johannes tetap meneruskan tekadnya. Apalagi kondisi sang ayah tak memungkinkan lagi untuk bekerja.
Dari sana ia pun memasang iklan les privat di sebuah koran lokal. Hasilnya, ia mendapat telepon yang meminta agar Johannes mengajar. Namun, Johannes sempat bingung. Bukan soal bayaran atau hal lainnya tetapi tantangan yang dihadapi sangat besar.
BACA JUGA:Bisnis Inspirasi, Siung-siung Cari Pengalaman mulai dari Hongkong, Prancis, hingga Mesir
Murid pertamanya adalah siswa kelas 2 SMP. Anak ini luar biasa, dia juara satu paling akhir, semua nilai di raportnya merah, hanya dua bidang studi yang biru. Guru di sekolah pun memvonis dia bakal tidak naik. Orangtuanya menceritakan sejak lulus SD, kemauan belajar dan prestasi di sekolah terus turun, mereka menjadi malu jika harus bertemu sanak keluarga dan teman-temannya yang sukses dan berhasil.
Bukan menolak, Johannes menganggap ini tantangan yang luar biasa. Namun pikirannya berkecamuk. Kalau ternyata nanti anak didiknya tak lulus, akan menjadi catatan buruk.
Apalagi ini siswa pertamanya. Johannes pun mengambil peluang itu. Bila berhasil akan berdampak luar biasa. Dengan kesepakatan dibayar Rp 25 ribu untuk satu kali pertemuan, Johannes memulai kerjanya. Dalam seminggu ia mengajar tiga kali.
Langkah pertama yang Johannes lakukan adalah berdialog dengan anak didiknya. Ia mengorek informasi mengapa sampai merosot. Sebab, dulunya anak itu pintar dan selalu menjadi juara kelas. Setelah itu, Johannes pun berkomunikasi dengan orangtua si anak. Ternyata penyebabnya si anak protes dengan kesibukan kedua orangtuanya.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Eddy Ganefo, Pengembang Nasional asal Sumsel yang Pernah Dagang Ayam
Pola komunikasi yang dilakukan Johannes mendapat respons positif. Kedua orangtua anak didiknya berjanji akan meluangkan waktu lebih banyak lagi.
Dampaknya sangat positif, anak ini kemudian punya semangat belajar yang kuat, dan termotivasi untuk membuktikan kepada semua orang bahwa dia bisa dan mampu bangkit.
Dan Johannes pun mulai memainkan peran sebagai guru sekaligus kakak, bagi anak itu. Hasilnya luar biasa, anak yang dulu raportnya semua kebakaran, dalam waktu satu semester (enam bulan), berhasil menjadi juara tiga. Kedua orangtuanya senang dan bangga, dulu mereka malu, kini bisa menceritakan keberhasilan si anak kepada sanak saudara dan teman-temannya.
Pengalaman inilah yang kelak menjadikan Johannes memahami bahwasannya untuk sukses bukan hanya peran dan ketekukan anak belajar, dukungan, dialog, dan komunikasi dengan kedua orangtua sangat penting.