Angka Kelahiran di Sumsel Turun, Dulu Bisa 6 Anak, Sekarang Rata-rata 2 Anak

Senin 30-01-2023,18:11 WIB
Reporter : David Karnain
Editor : David Karnain

Penurunan TFR yang tidak terlalu besar ini merupakan kondisi pasca Covid-19 dimana adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga terbatasnya akses ke sektor pelayanan kesehatan masyarakat termasuk pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. 

“Akses yang terbatas akan mempengaruhi perempuan dalam penggunaan KB dan berdampak pada TFR (angka kelahiran),”kata Eko Tri Darmanto. 

Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, berdasarkan data BPS Sumsel untuk sensus penduduk, dimana penurunan tertinggi terjadi pada SP1980 ke SP1990 yaitu sebesar 1,37 poin dimana pada periode ini Program Keluarga Berencana gencar digalakkan.

“Penurunan TFR (angka kelahiran SP1980-SP1990) juga berkaitan dengan perubahan prilaku wanita usia subur yaitu wanita umur 15–49 yang berpotensi untuk meningkatkan angka kelahiran,”jelas Eko Tri Darmanto. 

BACA JUGA:Inflasi Sumsel 2022 Sebesar 5,94 Persen, Mamin dan Tembakau Penyumbang Terbesar

Dan, lanjut dia, adanya peningkatan pada umur kawin pertama, pendidikan, dan partisipasi kerja akan menurunkan tingkat kelahiran. 

Ketika wanita menempuh pendidikan tinggi dan bekerja maka akan berpeluang untuk menunda perkawinan sehingga memperpendek periode untuk melahirkan anak. 

“Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan persentase wanita yang bekerja di Sumsel (Sensus Penduduk 2020),”ungkap Eko Tri Darmanto. 

Sementara untuk pendidikan, wanita usia subur dengan pendidikan tertinggi SMA ke atas meningkat dari SP2010 (Sensus Penduduk 2010) ke LF SP2020 (Sensus Penduduk 2020). 

BACA JUGA:4 Bahan pokok Ini Berpotensi Picu Inflasi, Apa Sajakah Itu

Pada SP2010 (Sensus Penduduk 2010), terdapat sekitar 32,3 persen wanita usia subur dengan pendidikan tertinggi tamat SMA, sedangkan pada LF SP2020 (Sensus Penduduk 2020), persentase wanita usia subur dengan pendidikan tertinggi tamat SMA meningkat menjadi 47,01 persen.

Kategori :