PALEMBANG, RADAPALEMBANG.COM - Jusuf Masawan dikenal sebagai pengusaha ritel di Sumsel, khususnya Palembang. Ia wafat di medio 2012.
Namun, kesederhanaan dan kharima di kehidupan sosial, membuat namanya tetap dikenang sepanjang masa, sebagai inspirasi bisnis.
Bisnisnya di bawah bendera JM Group, mampu menampung ribuan tenaga kerja. Kisah hidup Jusuf Masawan sendiri tidak dilewati dengan mudah.
Banyak hambatan dan rintangan yang dia tempuh. Bahkan dia berkali-kali harus mengalami kegagalan.
BACA JUGA: Afat Lahir dan Besar di Baturaja, Hijrah ke Palembang jadi Pegawai Diler
Berikut petikan wawancara Jusuf Masawan yang pernah dirangkum Radar Palembang.
Jusuf Masawan terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang mandor tukang besi dan ibunya hanya mengurus rumah tangga.
Jusuf sendiri anak kelima dari sembilan bersaudara. Ekonomi keluarga yang tidak terlalu menguntungkan, membuat Jusuf muda berpikir untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarganya.
Usia 10-14 tahun, Jusuf Masawan sudah mulai bekerja, sambil sekolah dengan berjualan es belimbing dan kue lapis.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Kurmin Halim, Anak Sopir Taksi yang Bermimpi Tinggi
“Namun pada umur 15 tahun, saya harus berhenti sekolah karena tak mempunyai uang. Setelah itu, saya bekerja di Toko Gembira dengan gaji Rp 1.000 sebulan atau setara dengan 100 kg beras. Kemudian pada usia 16 tahun pindah kerja ke Toko Oyong yang merupakan tempat penjualan handuk di Pasar 16 Ilir,” katanya.
Pria yang aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan ini juga mengatakan, dengan pengalaman kerja sekitar dua tahun, dirinya mulai membuka usaha sendiri. Lalu pada saat usia 18 tahun mulai belajar dagang ke daerah atau biasa disebut nganvas.
“Namun usaha ini saya lakoni tidak begitu lama, cuma setahun karena tak ada titik cerahnya,” ungkap Jusuf.
Gagal di usaha ini, saat usia 19 tahun, dirinya kembali bekerja di Toko Sandal Mingsen, namun juga tak begitu lama.
BACA JUGA:Tokoh Inspirasi Sumsel, Judi Timadius Aktivis Sosial Segudang Pengalaman
“Didorong keinginan tinggi untuk sukses dan mandiri, setahun kemudian saya kembali membuka usaha telur di Seberang Ulu, dan kemudian pada usia 21 membuka toko roti. Namun kembali gagal,” ujar jebolan S-2 dari Sun Yat Sen University ini.
Kegagalan ternyata tidak menyurutkan semangat juangnya untuk maju. Dengan berbekal pesan dari orang tuanya yang berprinsip, “Kantong boleh miskin tapi mental tidak boleh miskin”, Jusuf terus melaju.
Lalu dia kembali membuka toko accu di Jakarta, tetapi gagal lagi. Pada usia 22 tahun beralih berjualan gandum. “Nah, saat berjualan gandum, kali ini saya mulai ada untung,” terangnya.
Sejak usia 23 tahun hingga saat ini ada hal luar biasa yang rutin dilakukan Jusuf Masawan, yaitu dua kali setiap hari pada saat bangun pagi dan sebelum tidur, dengan iman dan hati yang sungguh selalu membacakan doa dan rasa syukur kepada Tuhan dan akhirnya usahanya terus berkembang.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Hendri PalComTech, Pelopor Sekolah Komputer di Palembang
Kemudian, Jusuf muda kembali membuka toko handuk di kawasan 16 Ilir di usia 24-25 tahun. Tapi, gagal lagi karena ditipu salesmannya. Namun dengan semangat juang ia kembali memekarkan usahanya ke daerah-daearah. Pada usia 28 tahun atau pada tanggal 6 April 1983, dirinya mengalami kecelakaan di Muara Enim.
Mobil yang dikendarainya mengalami kecelakaan masuk jurang di Jembatan Jambu, 22 orang meninggal dan Jusuf karena pertolongan Tuhan berhasil selamat.
Pada umur 29 tahun Jusuf Masawan mempersunting seorang gadis bernama Junlia Susanty.
Dengan kerjasama, suami-istri mulai membuka usaha konveksi. Mulailah untung sedikit demi sedikit. Ketika umur Jusuf, 32 tahun atau sekitar 3 tahun berkeluarga, sekitar tahun 1978, mereka membuka usaha toko Puncak Permai dengan pegawai tiga orang. Inilah awal mula terbentuknya JM Group. Setelah itu dilanjutkan dengan Toko Abadi dengan jumlah pegawai 12 orang.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Wawi Susanto, Lompatan Kuantum Mantan Sales
Lalu pada tahun 1983 bertambah menjadi 40 orang dengan dibukanya JM Fashion, setahun kemudian buka Toko Ratu Fashion, setahunnya lagi Toko President Dept Store.
Dengan berjalannya waktu, JM Group juga sempat mengalami pasang surut dengan terbakarnya Toko President Dept Store dan Toko Ratu Fashion, serta ditutupnya Toko Puncak karena habis kontraknya.
Dengan tekad dan semangat serta pengawasan dan kerukunan keluarga besar JM Grup maka pada tahun 1988, kembali membuka outlet yang besar pada waktu merupakan plasa pertama di Sumsel yang diberi nama JM Plaza, dan diresmikan oleh Walikota Palembang waktu itu H Cholil Aziz. Kala itu JM sudah menampung sekitar 500 karyawan.
Pada tahun tahun berikutnya, JM Group makin berkembang. Pada tahun 1991 Pasaraya Ampera dibuka dan diresmikan oleh Gubernur Sumsel Ramli Hasan Basri, kemudian buka lagi Pasaraya Bandung pada tahun 1989, Toserba Gaya Baru tahun 1993, JM Kenten 2003, dan grand JM pada 2004, dan JM Sukarame serta JM Lemabang.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis Elysa Thamrin, Kuliah Finance di Amerika, Pulang jadi Sales Counter
Titik Balik Penyakit Liver
Dalam perkembangan, JM Grup juga sempat mengalami pasang surut pada tahun 1998, Pasaraya Bandung terbakar namun dibuka lagi tahun 2000. Sedangkan Pasaraya Ampera kena jarah saat tejadi kerusuhan 1998 lalu.
Tapi masalah tersebut tidak menyurutkan semangat Jusuf Masawan, untuk kembali maju membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Sumsel.
Pada usai 59 tahun Jusuf Masawan mengalami percobaan maut, menderita penyakit cirrhosis of the liver, sejak Maret 2005 hingga 29 Juli 2005 dirawat di 4 rumah sakit.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, H Badar, Pemasok Ikan Terbesar Sumsel, Konsisten dengan ‘Subuh’
Tapi livernya tidak sembuh-sembuh dan sempat mengalami kritis hingga harus dilakukan transpalansi liver (cangkok) di Chung San Hospital, Cina. Jusuf Masawan bersyukur berkat doa dan dukungan dari teman-teman akhirnya bisa sembuh.
Pada saat ini, Jusuf Masawan dan keluarga bersama-sama dengan staf manajemen JM Group dalam mengelola usahanya, menancang program dan menetapkan visi misi menjadi pemimpin ritel di Palembang dan menjadi peritel di nasional.
"Dengan demikian perusahaan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat dengan menyediakan barang yang lengkap, harga yang murah serta lokasi yang mudah dijangkau. Selain itu dapat menciptakan lapangan kerja lebih luas, agar dapat menampung masyarakat ayng belum mendapatkan pekerjaan serta mewujudkan Palembang sebagai kota wisata dagang,” tegas Jusuf.
Bagi Jusuf, sapaan akrabnya, setidaknya ada dua kunci berkembang atau tidaknya dunia ritel di suatu daerah. Pertama, tergantung kondisi ekonomi, jika ekonominya kondusif dalam arti masyarakatnya mampu untuk membeli suatu produk maka dunia ritel akan terus berkembang.
BACA JUGA:Inspirasi Bisnis, Owner Mie Dempo Aloy, Dulunya hanya Penjual Gerobak Keliling
Kedua, kondisi keamanan. Sebab, jika tidak aman maka para pengusaha atau investor akan takut untuk mengembangkan usahanya di Sumsel.
“Nah, dua kategori ini ada di sini. Bahkan di Sumsel ini baik itu ekonomi maupun keamanan sangat kondusif. Itu yang membuat saya optimis dunia ritel di Sumsel akan terus berkembang,” ujarnya.
Jusuf juga menceritakan, jika bisnis ritel terus berkembang maka bisa menjadi roda penggerak sektor riil yang memiliki efek domino berupa penyerapan tenaga kerja. Sehingga memiliki peran yang sangat penting dalam membantu pemerintah mengatasi masalah pengangguran.
“Selain itu, bisnis ritel juga menjadi sarana pemasaran produk manufaktur sekaligus menjadi ujung tombak bagi usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan akses pasar produknya,” ujarnya. (*)