PALEMBANG, RADARPALEMBANG.COM –Bank Indonesia atau BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia atau global semakin melambat dari prakiraan sebelumnya.
Hal ini disebabkan oleh fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, Kamis 19 Januari 2023 mengatakan koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.
Dan juga, sambung dia, disertai dengan meningkatnya risiko potensi resesi terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
BACA JUGA:Utang Luar Negeri Indonesia November Naik, Bank Indonesia: Porsi Kesehatan dan Sosial 24 Persen
“Penghapusan Kebijakan Nol-Covid (Zero Covid Policy) di Tiongkok diprakirakan akan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global,”jelas dia dilansir laman resmi bi.go.id.
Secara keseluruhan, sambung dia, Bank Indonesia atau BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 menjadi 2,3 persen dari prakiraan sebelumnya sebesar 2,6 persen.
Setidaknya ada 3 hal yang menjadi sorotan Bank Indonesia atau BI, mengapa sampai memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Pertama, menurut dia, tekanan inflasi global terindikasi mulai berkurang sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, meskipun tetap di level tinggi seiring dengan masih tingginya harga energi dan pangan.
BACA JUGA:Bank Indonesia Sebut Penghasilan 6 Bulan Kedepan Bakal Meningkat
“Faktor kedua, berlanjutnya gangguan rantai pasokan, dan faktor ketiga masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS (Amerika Serikat) dan Eropa,”jelas dia.
Sejalan dengan tekanan inflasi yang melandai, lanjut dia, pengetatan kebijakan moneter di negara maju mendekati titik puncaknya dengan suku bunga diprakirakan masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023.
“Ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang. Tekanan pelemahan nilai tukar negara berkembang juga berkurang,”ujar dia.