RADAR PALEMBANG Untuk memperingati perang lima hari lima malam yang jatuh pada 1 Januari puluhan komunitas melakukan berbagai kegiatan yang berpusat di Bundaran Air Mancur Menurut anggota DPRD Kota Palembang Fraksi PKS M Hibbani peristiwa itu sangat heroik Kami meminta ke depan pemerintah kota Palembang lebih berperan aktif menjadi inisiator peringatan ini sehingga gaung acara ini bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Kota Palembang kata Hibbani Dilanjutkan Hibbani jika ini dilakukan maka kegiatan akan semakin besar Kegiatan ini dapat bersinergi dengan komunitas komunitas yang ada Saya juga mengapresiasi panitia dan seluruh komunitas yang telah berperan aktif dalam mengadakan acara yang luar biasa ini Saya sendiri hadir di lokasi dan bisa merasakan semangat heroisme yang ingin ditularkan dalam acara peringatan tersebut kata Bendahara DPD PKS Palembang ini Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang merupakan peristiwa perlawanan tentara Indonesia TRI terhadap serangan pasukan tentara Belanda NICA yang terjadi selama lima hari berturut turut sejak tanggal 1 hingga 5 Januari 1947 Upaya Belanda untuk menguasai kembali Indonesia ditempuh dengan tiga cara yaitu aksi militer melakukan pembentukan negara boneka dan menjaga agar Indonesia tetap berada di bawah kekuasaan mereka Palembang merupakan salah satu wilayah strategis Indonesia yang menjadi tujuan Belanda untuk kembali mereka kuasai karena kekayaan alamnya Potensi Palembang sebagai pusat pemerintahan kekuatan militer dan kegiatan politik maupun ekonomi di Sumatra Selatan Sementara itu bagi rakyat Palembang pertempuran ini menjadi momentum perjuangan mereka untuk mempertahankan tanahnya agar tindakan penjajahan tidak terulang kembali pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia Setelah meredanya perang dunia kedua tentara sekutu melakukan ekspansi ke berbagai wilayah bekas jajahan tentara Jepang di Indonesia termasuk diantaranya adalah Palembang yang berhasil dicapai pada tanggal 12 Oktober 1945 di bawah komando Letnan Jenderal Carmichael bersama para tentara Belanda NICA Pasukan sekutu ini juga melindungi kedatangan tentara Belanda yang semakin hari jumlah pasukan mereka bertambah banyak terlebih ketika sekutu meninggalkan Palembang pada Maret 1946 mereka menyerahkan kedudukannya di Kota Palembang kepada tentara Belanda Konflik awal terjadi ketika Belanda menginginkan agar Kota Palembang dapat dikosongkan segera namun permintaan tersebut ditolak oleh seluruh rakyat Palembang sehingga berakhir dengan baku tembak pada 1 Januari 1947 di Palembang Ilir dan menyerang markas Barisan Pemberontak Republik Indonesia BPRI di Jalan Tengkuruk Beberapa tokoh penting yang memimpin jalannya pertempuran dari pihak tentara dan pejuang Indonesia diantaranya adalah Kolonel Maludin Simbolon Letnan Kolonel Bambang Utoyo Mayor Rasyad Nawawi dan Kapten Alamsyah Pusat pertahanan terkuat Belanda berada di Benteng Kuto Besak Rumah Sakit Charitas dan Bagus Kuning Plaju Sementara kekuatan pejuang Palembang tersebar merata di setiap tempat tempat pertahanan Belanda Pada hari pertama setelah insiden penembakan di Jalan Tengkuruk Para pejuang Palembang menyerbu dan mengepung pasukan Belanda yang bertahan di semua sektor yang telah mereka kuasai sebelumnya Pertempuran berakhir hingga pukul lima sore tetapi menjelang malam pasukan Belanda kembali menggempur menggunakan senjata lapis baja yang mengakibatkan beberapa tempat strategis dikuasai oleh Belanda seperti kantor telegrap kantor residen kantor walikota dan kantor pos Menyusul pada hari kedua dan ketiga Belanda kembali menyerbu pusat pertahanan tentara dan para pejuang di area Masjid Agung Palembang namun berhasil dihalau oleh Pasukan Batalyon Geni bersama sejumlah tokoh masyarakat Sementara itu dari arah Talang Betutu pasukan bantuan Belanda yang hendak bergabung ke Masjid Agung berhasil disergap oleh pejuang Palembang yang dipimpin Lettu Wahid Luddien Pertempuran terus berlanjut dengan menyisakan kehancuran sebagian besar Kota Palembang Pada hari keempat bala bantuan untuk pejuang Palembang tiba dari Lampung dibawah komando Mayor Noerdin Pandji dan dari Lahat yang dipimpin oleh Letjen Harun Sohar Menjelang hari kelima pertempuran setelah kekurangan pasokan logistik dan amunisi kedua belah pihak mengadakan pertemuan antar pimpinan sipil dan militer mereka yang memutuskan untuk melakukan gencatan senjata Indonesia mengirim Dr Adnan Kapau Gani sebagai utusan dari pemerintah pusat untuk melakukan perundingan dengan pihak Belanda Hasil perundingan menyepakati bahwa dari pihak Indonesia pasukan TRI dan pejuang lainnya akan mundur sejauh 20 km dari pusat kota dan hanya menyisakan ALRI polisi dan pemerintahan sipil agar tetap berada di Kota Palembang Sementara dari pihak Belanda batas pos pos mereka hanya boleh didirikan sejauh 14 km dari pusat kota Gencatan senjata tersebut mulai berlaku sejak tanggal 6 Januari 1947 zar nbsp
Peringati Pertempuran Palembang Secara Rutin
Senin 03-01-2022,09:35 WIB
Kategori :